Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Ilham Baktora
Selasa, 28 Juni 2022 | 15:35 WIB
Warga Panggungharjo mengolah sampah secara mandiri di kalurahan setempat, Selasa (28/06/2022). [Kontributor / Putu Ayu Palupi]

SuaraJogja.id - Persoalan sampah di DIY tak kunjung mendapatkan solusi, meski Pemda DIY sudah melakukan berbagai upaya pengelolaan sampah. Hingga kini, sampah rumah tangga masih saja jadi masalah yang sulit ditangani.

Contohnya di Panggungharjo, Kapanewon Sewon, Kabupaten Bantul. Setiap harinya rumah tangga di kalurahan tersebut menghasilkan ratusan kilogram sampah makanan.

"Kami menemukan fakta sisa makanan warga kita mencapai ratusan kilogram sehari, ini yang terjadi," ujar Lurah Panggungharjo, Wahyudi Anggoro Hadi disela kunjungan Komisi C DPRD DIY, Selasa (28/06/2022).

Miris dengan kondisi ini, kalurahan itu mengembangkan sistem pengelolaan sampah secara mandiri. Dikelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), warga mendirikan Kelompok Usaha Pengelolaan Sampah (Kupas).

Baca Juga: Mengenal Sambal Pedas Terasi, Pengolahan Sampah Mandiri Balai Kota Yogyakarta

Melalui pengelolaan sampah mandiri itu, warga bisa mendapatkan pemasukan Rp17 juta per bulan hanya dari rosok.

Hingga saat ini sudah sekitar 1.600 keluarga yang menjadi pelanggan Kupas Panggungharjo. Mereka membuang sampah setiap hari sekitar 75 kilogram sebulan untuk setiap Kepala Keluarga (KK).

"Kami mengelola sampah sampai 4,5 ton per hari saat ini, ini juga bisa sekaligus jadi sumber pemasukan," jelasnya.

Dalam pengelolaan sampah tersebut, Panggungharjo membuat sistem retribusi. Setiap kilogram sampah yang dihasilkan rumah tangga dihargai Rp750 ribu.

Bila keluarga yang bersangkutan merasakan retribusi tersebut terlalu mahal, maka pengelola memberikan opsi. Mereka mengurangi sampah rumah tangga yang dihasilkan setiap harinya.

"Warga juga kami dorong untuk mengurangi konsumsi agar tidak menjadi sampah rumah tangga," jelasnya.

Load More