Ia tak lupa mengucap alhamdulillah ketika mengetahui upaya pengobatan dan terapi Pika bisa tertangani menggunakan BPJS Kesehatan. Pelayananpun baik.
Setelah berani berbicara lantang di media dan di lembaga tinggi seperti sekarang, Santi masih belum berpikir akan bertanya soal penggunaan ganja medis ini kepada dokter yang menangani putrinya.
"Kalau saya minta ke dokter memangnya dokter bisa kasih? Kan tidak bisa juga. Nanti kalau kasih diam-diam, ketahuan malah berkasus," kata dia.
Ibunda Pika mengaku tak ambil pusing dengan pro dan kontra yang muncul soal pandangannya ini.
"Pro kontra pasti ada lah di mana-mana. jangankan ganja medis ya, makan nasi saja pro kontra," ujarnya.
"Saya terima saja misalnya ada yang mau benci saya, mau hujat saya, mau menjauhi saya, saya tak suruh gini aja, pake dulu sini sandal saya, jalani apa yang saya jalani selama ini, jaga Pika sebulan saja, rasain apa yang saya rasain," terangnya.
Ia mengungkap, langkah yang ia ambil adalah langkah seorang ibu yang sedang mengusahakan yang terbaik untuk anaknya.
Setidaknya, ini menjadi bentuk ikhtiarnya bagi buah hatinya, yang divonis cerebral palsy sejak 2015 itu.
"Ya saya serahkan pada Tuhan, kelak saya ditanya Tuhan nanti kamu sudah lakukan apa buat anak kamu? saya jadi punya jawabannya," tegasnya.
Baca Juga: Menkes: Regulasi Ganja Medis Sebentar Lagi Keluar!
Efek Samping Obat Dokter, Pika Ruam dan Sariawan Sampai Berdarah-darah
Perjuangan mengobati Pika sudah ditempuh Santi lewat berbagai jalan. Ia mengibaratkan, jalan yang ia ambil demi kesembuhan Pika bagaikan orang yang sedang program hamil.
"Orang ngomong coba ke sana saya ke sana, coba ke situ saya ke situ, coba makan ini, saya juga seperti itu," terangnya.
Anak-anak dengan cerebral palsy, lanjut dia, rerata disertai dengan epilepsi dan tak ada maksud dari perjuangan Santi ini, selain memperjuangkan ganja medis untuk meredakan kejang yang dialami Pika atau anak-anak lain dengan cerebral palsy.
"Banyak juga anak-anak cerebral palsy kebal obat, sudah minum macam-macam tetap kejang. Kalau ada secercah harapan kan, kita upayakan gitu loh," tuturnya.
Selama ini, bila gejala kejangnya sedang kumat, Pika akan rutin mengonsumsi medis konvensional yang ada di rumah sakit.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
Terkini
-
Dukung Konektivitas Sumatra Barat, BRI Masuk Sindikasi Pembiayaan Flyover Sitinjau Lauik
-
Hidup dalam Bayang Kejang, Derita Panjang Penderita Epilepsi di Tengah Layanan Terbatas
-
Rayakan Tahun Baru di MORAZEN Yogyakarta, Jelajah Cita Rasa 4 Benua dalam Satu Malam
-
Derita Berubah Asa, Jembatan Kewek Ditutup Justru Jadi Berkah Ratusan Pedagang Menara Kopi
-
BRI Perkuat Pemerataan Ekonomi Lewat AgenBRILink di Perbatasan, Seperti Muhammad Yusuf di Sebatik