Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Minggu, 02 Oktober 2022 | 07:21 WIB
Sebuah mobil polisi rusak di lapangan Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022) malam, akibat kericuhan yang terjadi usai pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya. ANTARA/Vicki Febrianto

Akibatnya pagar stadion ambruk. Puluhan suporter yang terdesak berjatuhan ke parit stadion sedalam 2 meter. Beberapa menderita luka. Sementara seorang penonton yakni Fajar Widya Nugraha harus meregang nyawa lantaran jatuh dengan posisi kepala terlebih dahulu terantuk tanah hingga tertindih penonton lainnya.

Kematian seorang penonton akibat over kapasitas di Stadion Kanjuruhan itu terdengar hingga ke AFC. Mereka meminta kepada federasi sepak bola Indonesia untuk melakukan investigasi dan menyelesaikan permasalahan di Kanjuruhan hingga tuntas.

Merespon pernyataan AFC, setelah dua minggu melakukan investigasi, PSSI akhirnya menjatuhkan sanksi kepada Panpel Arema yang dianggap lalai dan bersalah, dimana Arema dilarang bermain satu kali di kandang melawan Persekabpas. Mereka juga diganjar denda sebesar Rp30 juta.

Lalu, apakah juga sejarah lagi-lagi akan berulang? Tragedi kelam di Kanjuruhan 1 Oktober malam itu apakah akan kelar dengan denda atau hukuman laga tanpa penonton bahkan hiatus kompetisi? 

Baca Juga: Kecewa Timnya Takluk dari Persebaya, Suporter Arema FC Anarkis Buru Pemain dan Ofisial ke Lapangan hingga Sebabkan 127 Orang Tewas

Seperti halnya kalimat yang sudah kerap kali terucap "Tak Ada Sepak Bola Seharga Nyawa" dan Nyawa Bukanlah Sekadar Angka. Sepak bola tanah air harus berbenah dan berubah!

"...pertandingan sepak bola berakhir setelah 90 menit, tetapi kehidupan harus terus berjalan," Socrates.

Load More