Dalam undang-undang keuangan negara, Menkeu menyebut APBN mempunyai fungsi alokasi, distribusi, dan stabilisasi. "Yang stabilisasi ini, ekonomi yang sedang hancur ke bawah dan guncang, kita harus angkat ke atas. Fungsinya, nahan supaya jangan terjun payung walaupun memang belum ada penerimaan,"ujarnya.
"Jadi kita harus memberikan bantuan kesehatan dan bantuan sosial. Namun, ini nggak selamanya, kalau ekonomi lagi pulih, kita akan dapat lagi. Jadi waktu itu, kita memikirkan bagaimana saat penerimaan jatuh, kita harus menjalankan tugas kita. Namun, jangan sampai menjadi alasan menimbulkan kebijakan fiskal yang buruk,"imbuhnya.
Untuk itu, di dalam Perpu, Menkeu menyebut boleh melakukan kondisi yang sangat tidak biasa selama 3 tahun, tapi harus berdisplin kalau pun harus memberikan bantuan, harus tetap menjaga penerimaannya.
"Tahun 2020, penerimaan memang jatuh, untuk pajak 18 persen dan total penerimaan jatuh sampai 16 persen.Belanja naik hampir 15 persen. Jadi belanja melonjak, penerimaan jatuh, makanya defisit sampai 6,1 persen," urainya.
"Apakah itu harus dilakukan [berhutang], ya iyalah membantu rakyat tidak ada pilihan. Konsekuensi utang yang nambah, kita harus kelola habis itu. APBN instrumen untuk menyelamatkan negara dan ekonomi," imbuhnya.
Ia menyebut tahun 2021, defisit turun 5,7 persen karena sekarang harga minyak bagus, CPO bagus, batubara dalam kondisi yang bagus, pemulihan ekonomi segaris lurus, serta mendapatkan penerimaan yang cukup bagus. Namun, tetap harus mendisiplinkan belanja seperti untuk pemberian vaksin, booster, tagihan perawatan sangat tinggi sampai 90 trilyun, sampai pemberian insentif untuk pemulihan.
"Akhir tahun ini, kemungkinan defisit akan turun lagi 51-53 persen, turun 1 persen dari GDP. Tahun depan (2022), tahun yang terakhir bisa 4,7 defisitnya asal komoditi masih bagus dan pemulihan masih kuat," tambahnya.
Ia mengatakan Kemenkeu dan DPR mendukung untuk melakukan reformasi pajak dari sisi PPH, PPN, dan ketentuan umum Bea Cukai selain UU Ciptaker sehingga waktu pulih, kita bisa menerima penerimaan untuk mengembalikan kesehatan APBN.
"Kalau menghadapi situasi yang tidak bagus, kita sudah punya instrumen yang bagus. Bagaimana kita melakukan kehati-hatian ke depannya," kata Sri Mulyani.
Baca Juga: Meski Ada Sentimen, Kamis Pagi IHSG Dibuka Naik ke Level 7.094
Kontributor : Ismoyo Sedjati
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- Calon Pelatih Indonesia John Herdman Ngaku Dapat Tawaran Timnas tapi Harus Izin Istri
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
Pilihan
-
CERPEN: Liak
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
Terkini
-
BRI Perkuat Pemerataan Ekonomi Lewat AgenBRILink di Perbatasan, Seperti Muhammad Yusuf di Sebatik
-
Liburan Akhir Tahun di Jogja? Ini 5 Surga Mie Ayam yang Wajib Masuk Daftar Kulineranmu!
-
Jelang Libur Nataru, Pemkab Sleman Pastikan Stok dan Harga Pangan Masih Terkendali
-
Waduh! Ratusan Kilometer Jalan di Sleman Masih Rusak Ringan hingga Berat
-
Dishub Sleman Sikat Jip Wisata Merapi: 21 Armada Dilarang Angkut Turis Sebelum Diperbaiki