SuaraJogja.id - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman mencatat, Kabupaten Sleman sejak Januari-akhir Oktober 2022 berjalan, telah dilanda sebanyak 127 peristiwa bencana.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman, Bambang Kuntoro mengungkap, dari jumlah 127 kejadian bencana tersebut, tanah longsor terdata terjadi di 50 titik yang tersebar di beberapa kapanewon.
"Selain tanah longsor, terdata ada 45 titik peristiwa angin kencang terjadi, 16 titik banjir, lima titik banjir lahar hujan, satu titik kekeringan," sebut Bambang, Selasa (25/10/2022).
Bambang mengatakan, jumlah bencana longsor di Sleman tahun ini mendominasi peristiwa bencana. Selain itu, diketahui akumulasi peristiwa longsor terlihat meningkat dibanding tahun sebelumnya (2021), yang sebanyak 20 kejadian.
"[Lokasi peristiwa] banyak terjadi di sepanjang pinggir bentang alam sungai, di Sleman bagian utara dan di wilayah Prambanan," kata dia.
Di titik-titik rawan longsor tadi, BPBD Sleman juga sudah memasang alat peringatan dini atau early warning system (EWS) di 37 titik.
"Semua alat aktif semua, tidak ada masalah," ujarnya.
Faktor Penyebab Longsor Beragam
Bamkun, sapaannya, mengungkap bahwa ada beragam penyebab terjadinya tanah longsor.
Baca Juga: Intip Kemeriahan Women's Day Out Hari Pertama di Sleman City Hall, Ada Yura Yunita!
"Misalnya tahun ini, kemarau basah banyak air. Karena banyaknya curah hujan di wilayah yang rawan longsor, ya tentu akan banyak longsor," ujarnya.
Kedua, faktor pembangunan juga turut berkontribusi menyebabkan jumlah bencana longsor meningkat tahun ini.
Daerah pinggiran sungai yang seharusnya memiliki fungsi penyangga ekosistem sungai dan daratan, saat ini justru banyak terdapat bangunan.
Hal itu mengakibatkan pendangkalan sungai, selanjutnya juga diperparah dengan pengecoran jalan, yang membuat air tidak bisa meresap sempurna ke dalam tanah.
"Air mengalir mencari celah-celah dan menggerus talut bangunan," terangnya.
Ketiga, faktor yang menyebabkan tanah longsor adalah timbunan sampah yang menutup sungai. Kemudian mengikis tebing dan menimbulkan longsor.
- 1
- 2
Berita Terkait
-
Para Pengungsi Tanah Longsor Warga Ngebel Ponorogo Masih Trauma Pulang
-
Kabupaten Sumedang dan Kuningan Masuk Level Siaga Banjir dan Longsor
-
3 Orang Warga Meninggal Akibat Tertimbun Longsor di Pasirdatar Sukabumi
-
BMKG: 14 Kabupaten dan Kota di Jawa Barat ini Masuk Level Waspada Banjir dan Longsor, Simak Dimana Saja
Terpopuler
- Selamat Datang Penyerang Keturunan Rp 15,6 Miliar untuk Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
- 6 Mobil Bekas untuk Keluarga di Bawah Rp50 Juta: Kabin Luas, Cocok untuk Perjalanan Jauh
- Keanehan Naturalisasi Facundo Garces ke Malaysia, Keturunan Malaysia dari Mana?
- 4 Rekomendasi Mobil Bekas Merek Jepang di Bawah Rp100 Juta: Mesin Prima, Nyaman buat Keluarga
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Anti Hujan Terbaik 2025: Irit, Stylist, Gemas!
Pilihan
-
6 Skincare Aman untuk Anak Sekolahan, Harga Mulai Rp2 Ribuan Bikin Cantik Menawan
-
5 Rekomendasi Mobil Kabin Luas Muat 10 Orang, Cocok buat Liburan Keluarga Besar
-
Indonesia Jadi Tuan Rumah Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026, Apa Untungnya?
-
Daster Bukan Simbol Kemalasan: Membaca Ulang Makna Pakaian Perempuan
-
Daftar 5 Sepatu Olahraga Pilihan Dokter Tirta, Brand Lokal Kualitas Internasional
Terkini
-
Rapat di Hotel Dibolehkan, PHRI DIY: Jangan Omon-Omon, Anggaran Mana?
-
Sinyal Hijau Mendagri: Pemda Boleh Gelar Acara di Hotel, Selamatkan Industri Pariwisata Sleman?
-
Jemaah Tak Dapat Tenda, Ketua PPIH Minta Maaf Ungkap Penyebab Calon Haji Terlantar di Arafah
-
Beda dari Tahun Lalu, Ini Alasan Grebeg Besar 2025 Yogyakarta Lebih Tertib dan Berkah
-
KPK Dapat Kekuatan Super Baru? Bergabung OECD, Bisa Sikat Korupsi Lintas Negara