SuaraJogja.id - Para siswa SD Muhammadiyah Bogor Kapanewon Playen Gunungkidul yang menjadi korban ambruknya atap kelas, mengaku enggan ke sekolah. Mereka masih trauma dengan peristiwa yang terjadi pada hari Selasa (8/11/2022) pagi kemarin.
Widodo salah satu wali murid SD Muhammadiyah Bogor Playen ini mengaku dua anaknya masing-masing Sharena Laksita Nareswari dan Binar Laksar Oktaria. Sharena kini duduk di bangku kelas 1 dan Binar duduk di kelas 6 sekolah tersebut.
"Anak saya Binar itu temen sebangku korban yang meninggal [Fauzi Ajitama],"tutur dia, Rabu (9/11/2022).
Widodo menuturkan dua anaknya kini tidak bersedia untuk masuk sekolah lagi. Anaknya yang kelas 1 mengaku tidak ingin masuk sekolah lagi karena takut dengan peristiwa yang menewaskan satu orang siswa tersebut.
Baca Juga: Detik-detik Ambruknya Atap SD Muhammadiyah di Gunungkidul, Tewaskan Siswa
Demikian juga Binar (Abin) anaknya yang kelas 6 dan menjadi korban runtuhnya atap tersebut. Anaknya kini sama sekali tidak bersedia untuk ke sekolah lagi. Kebetulan anak tersebut memang bersama dengan korban yang meninggal dalam peristiwa tersebut.
"Ora arep sekolah. Wedi. Pengene pindah [tidak akan sekolah. Takut. Inginnya pindah]," kata Widodo menirukan anaknya.
Ia memaklumi trauma yang dialami oleh anak sulungnya tersebut. Sebab saat kejadian, mereka tepat berada di dalam ruangan dan teman sebangku Fauzi Ajitama. Bahkan kala peristiwa terjadi, Abin di dalam kelas tengah menunggu Fauzi.
Pagi itu, sebenarnya jam pelajaran belum di mulai. Namun, anak-anak memang seperti biasa bergiliran diminta untuk mempresentasikan hafalan Qur'an. Dan kegiatan hafalan Qur'an tersebut sebenarnya hampir selesai.
"Nah anak saya itu ada di pinggir ruangan. karena mau pelajaran olahraga, Abin sudah berteriak-teriak mengajak Fauzi untuk segera keluar ruangan karena mau olahraga," kata dia.
Ia mengakui dari pihak sekolah ataupun yayasan belum ada yang datang ke rumahnya sekedar menanyakan kondisi anaknya. Widodo mengakui jika ada pesan masuk ke nomor pribadi istrinya yang menawarkan bantuan psikologis untuk anak-anak yang trauma. Namun ia tidak mengetahui tawaran itu dari sekolah atau pihak lain.
Saeda Daru, salah satu orangtua siswa kelas 2 SD tersebut juga mengaku anaknya enggan untuk sekolah lagi. Anaknya mengaku trauma dengan kejadian tersebut karena takut peristiwa yang sama terulang di sekolah setempat.
"Anak saya juga Ndak mau sekolah. Pengennya pindah," kata dia.
Kontributor : Julianto
Berita Terkait
-
Kabar Jogja Hari Ini: Siswa Meninggal usai Tertimpa Atap Sekolah di Gunungkidul, Tiga Terdakwa Klitih Divonis Bersalah
-
Siswa Kritis Pasca Tertimpa Atap Sekolah di Gunungkidul, Warga sudah Ingatkan Konstruksi Bangunannya yang Berbahaya
-
Kesaksian Warga yang Tolong Siswa Kritis Tertimpa Baja Ringan di Gunungkidul: Murid Ketakutan dan Trauma
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas MPV 1500cc: Usia 5 Tahun Ada yang Cuma Rp90 Jutaan
- 5 Rekomendasi Pompa Air Terbaik yang Tidak Berisik dan Hemat Listrik
- Diperiksa KPK atas Kasus Korupsi, Berapa Harga Umrah dan Haji di Travel Ustaz Khalid Basalamah?
- 5 AC Portable Mini untuk Kamar Harga Rp300 Ribuan: Lebih Simple, Dinginnya Nampol!
- Istri Menteri UMKM Bukan Pejabat, Diduga Seenaknya Minta Fasilitas Negara untuk Tur Eropa
Pilihan
-
Usai Terganjal Kasus, Apakah Ajaib Sekuritas Aman Buat Investor?
-
Bocor! Jordi Amat Pakai Jersey Persija
-
Sri Mulyani Ungkap Masa Depan Ekspor RI Jika Negosiasi Tarif dengan AS Buntu
-
Olahraga Padel Kena Pajak 10 Persen, Kantor Sri Mulyani Buka Suara
-
Sering Kesetrum Jadi Kemungkinan Alasan Ade Armando Dapat Jatah Komisaris PLN Nusantara Power
Terkini
-
Duh! Dua SMP Negeri di Sleman Terdampak Proyek Jalan Tol, Tak Ada Relokasi
-
Cuan Jumat Berkah! Tersedia 3 Link Saldo DANA Kaget, Klaim Sekarang Sebelum Kehabisan
-
Pendapatan SDGs BRI Capai 65,46%, Wujudkan Komitmen Berkelanjutan
-
Kelana Kebun Warna: The 101 Yogyakarta Hadirkan Pameran Seni Plastik yang Unik dan Menyentuh
-
BRI Dukung UMKM Sanrah Food Berkembang dari Warung ke Ekspor Global