Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Rabu, 16 November 2022 | 15:39 WIB
Lurah Ngoro-oro, Gunungkidul, Sukasto menengok Mbah Gimin yang dipenjara di kamar rumahnya selama 8 tahun karena alami gangguan jiwa, Rabu (16/11/2022). [Kontributor / Julianto]

SuaraJogja.id - Nasib menyedihkan dialami oleh Gimin warga Dusun Gunungasem RT 020 RW Kalurahan Ngoro-oro Kapanewon Patuk Gunungkidul. Lelaki berumur 68 tahun ini harus hidup dalam 'penjara' di rumahnya sendiri. 

Selama 8 tahun, Mbah Gimin hidup di balik jeruji besi di rumahnya. Ruang kecil berukuran 2 x 4 meter yang gelap dan lembab dan tentu saja bau ini menjadi tempatnya beraktivitas selama ini. Tak ada yang bisa dilakukan Mbah Gimin kecuali mengeruk tanah. 

Meskipun memiliki rumah yang berukuran cukup besar yaitu 12 X10 meter, namun Mbah Gimin dipaksa tinggal di kamar pengap tersebut. Rumahnya yang sunyi di bawah hutan bambu dan jauh dari pemukiman membuat suasana terasa horor.

Setiap malam, Mbah Gimin berteriak- teriak layaknya orang kesurupan. Suasana semakin mencekam ketika dinihari tiba karena Mbah Gimin seolah menghantui.

Baca Juga: Bekerjasama dengan UAD, SD Muhammadiyah Bogor Playen Berikan Trauma Healing ke Siswa Korban Atap Ambruk di Gunungkidul

Di dalam kamar kecil tersebut, Mbah Gimin menjalani rutinitasnya mulai dari makan, tidur ataupun buang air. Sementara untuk tidurnya, lelaki ini hanya beralaskan karpet plastik yang digelar di lantai.

Untuk makan sehari-hari, dia mendapat pasokan dari keponakannya yang bernama Giyanto. Keponakannya inilah yang selama ini mencukupi berbagai kebutuhan Mbah Gimin.

Sengaja Dikurung karena Membahayakan

Dukuh Gunungasem, Ika Wijayanto mengakui warga Gunungasem memang sengaja mengurung Mbah Gimin karena dinilai membahayakan keselamatan warga sekitar. Sudah 8 tahun ini Mbah Gimin berada di dalam kamar 'tahanan' di rumahnya.

"Warga bersama kerabat memutuskan agar Mbah Gimin dikurung di dalam kamar karena ketika berada di luar, dia sangat membahayakan. Pokoknya kalau di luar itu mengancam kami,"tutur Ika, Rabu (16/11/2022) 

Baca Juga: Perjuangan Bocah Gunungkidul Sabet Juara di Idemitsu IATC 2022 Mandalika, sempat Cidera hingga Berlatih di Pasar Sapi

Ika mengatakan apa yang diderita Mbah Gimin sebenarnya penyakit keturunan. Karena ada keluarganya dulu yang juga mengalami gangguan jiwa. Dulu awalnya Mbah Gimin memiliki kehidupan normal layaknya pemuda biasa.

Namun kemudian dia pergi belajar di Pondok pesantren. Dan ketika keluar dan pulang ke rumahnya di Dusun Gunungasem, perilakunya berubah. Sejak keluar itulah, Mbah Gimin seolah mengalami gangguan jiwa.

"Mbah Gimin sering bergumam sendiri dan bahkan sering merusak rumah warga,"ujar dia.

Mbah Gimin sering melempari rumah warga dengan batu yang ukurannya tidak kecil. Tak hanya itu, setiap mobil melintas juga tak luput dari lemparan batu Mbah Gimin. Sudah beberapa rumah yang mengalami kerusakan akibat ulah Mbah Gimin.

Tak sampai di sini, Mbah Giminpun sering mengejar warga sembari membawa parang ataupun celurit. Oleh karenanya, warga merasa terancam terlebih Mbah Gimin berkeliarannya setiap malam hari.

"Warga di sini merasa terancam dan takut. Kalau dia bebas bisa kami jadi sasaran penganiayaan,"ujar dia.

Melalui rembuk warga dan juga kerabat akhirnya mereka memutuskan untuk mengisolasi Mbah Gimin di dalam kamar. Akhirnya dibuatkanlah kamar isolasi untuk Mbah Gimin.

Awalnya, pintu kamar tersebut terbuat dari kayu namun ternyata Mbah Gimin berhasil keluar dengan menjebolnya. Kemudian warga memutuskan membuat jeruji besi agar tak dirusak. 

Namun ternyata Mbah Gimin juga berhasil keluar dengan membuat lobang di lantai kamar sehingga tembus ke luar rumah. Hingga akhirnya lantai kamar dibuat cor dari semen.

"Lha kuat Mbah Gimin itu. 8 tahun tak pernah sakit. Hanya dengan paku kecil, Mbah Gimin bisa membuat lobang di dalam tanah, padahal di sini bebatuan,"ujar dia.

Dulu, Mbah Gimin sebetulnya pernah dibawa ke RS Ghrasia untuk pengobatan. Namun dua bulan setelah bebas dari masa rehabilitasi kelakuan Mbah Gimin kambuh lagi. Hingga akhirnya warga memutuskan untuk mengurungnya di dalam kamar.

Dibawa ke RSJ Ghrasia

Lurah Ngoro-oro, Sukasto mengakui jika ada warganya yang kini masih dalam pasungan sejak lama. Namun dia baru mengetahuinya beberapa bulan terakhir sehingga dia langsung berkoordinasi pemerintah Kabupaten dan Propinsi untuk menindaklanjutinya.

"Kami akan membawanya ke RSJ Ghrasia di Sleman. Kemudian nanti kalau sudah sembuh atau stabil akan kami kirim ke pondok pesantren lagi yang memang spesialis menangani pasien gangguan jiwa,"terang dia.

Panewu Patuk, Santosa Imam Martono menambahkan pihaknya mrmberi antensi khusus terhadap Mbah Gimin karena memang dia tidak memiliki keluarga. Dia hanya mendapat belas kasihan dari kerabatnya yang kebetulan adalah putera dari adik Mbah Gimin.

"Kalau Mbah Gimin itu tidak punya anak ataupun istri. Kami sudah berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk menanganinya. Kasihan beliau,"kata Imam.

Kontributor : Julianto

Load More