Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Selasa, 17 Januari 2023 | 16:12 WIB
akses ke oantai widodaren diblokir sebagai bentuk protes warga terhadap kebijakan pemerintah Kalurahan Kanigoro, Gunungkidul, Selasa (17/1/2023). [Kontributor/Julianto]

SuaraJogja.id - Kawasan Pantai Widodaren yang berada di Kalurahan Kanigoro Kapanewon Saptosari Gunungkidul kembali memanas. Warga yang kecewa dengan kebijakan pemerintah Kalurahan Kanigoro melakukan aksi blokir jalan.


Mereka menumpuk 6 kubik batu putih di jalan menuju ke Pantai Widodaren. Akibatnya semua kendaraan tidak bisa melintas dan wisatawan harus berjalan cukup jauh ketika hendak menuju ke pantai.


Akibatnya kendaraan tak bisa masuk ke pantai. Untuk wisatawan harus berjalan sekitar 1  kilometer lebih untuk sampai ke pantai. Mereka terpaksa memarkirkan kendaraannya cukup jauh ketika hendak menuju ke pantai.

Mursalim salah seorang warga setempat mengatakan warga sengaja memblokade akses masuk ke pantai Widodaren sebagai bentuk kekecewaan mereka terhadap kebijakan pemerintah Kalurahan atau Desa. Warga seolah dikesampingkan padahal merekalah yang merintis membuka pantai tersebut.

Baca Juga: Dua Kelompok Remaja di Gunungkidul Terlibat Bentrok, Sejumlah Pelaku Jadi Bulan-bulanan Warga


"Beberapa kebijakan pemerintah Kalurahan sangat mengecewakan terutama sejak kehadiran investor,"kata Mursalim, Selasa (17/1/2023)


Aksi pemblokiran tersebut sudah mereka lakukan sejak hari Senin (16/1/2923) kemarin. Belasan warga menata batu putih yang sengaja mereka beli hanya untuk memblokade akses masuk ke pantai Widodaren.


Cukup banyak kebijakan pemerintah Kalurahan yang mengecewakan mereka. Konflik warga dengan Kalurahan muncul sejak investor masuk ke kawasan tersebut. Keberadaan warga semakin terpinggirkan karena ada investor.


"Kami dilarang berjualan di tempat jualan dulu. Pemerintah Kalurahan sudah membangunkan kios, namun luasannya terlalu kecil dan jumlahnya tidak sesuai,"terang diam


persoalan awal yang muncul adalah terkait dengan ruko yang dibangun pemerintah ukurannya terlalu kecil dan belum mengakomodir semua pedagang di tempat tersebut. Jumlahnyapun tidak menampung semua pedagang.

Baca Juga: Pantai Gesang Jadi Pangkalan Pendaratan Ikan, Dispar Gunungkidul Koordinasi Pemda DIY


"Ada pedagang jumlahnya 71 tetapi rukonya hanya 35 buah. Sisanya bagaimana,"kata dia.


Dan yang terbaru adalah terkait dengan pengelolaan parkir. Di mana parkir yang dilelang oleh pemerintah Kalurahan Kanigoro ternyata dimenangkan oleh  warga di luar Kanigoro. Padahal warga yang merintis pantai ini sehingga merasa dirugikan.


Terpisah Lurah Kanigoro Suroso mengaku sudah berusaha maksimal mengakomodir keinginan warga. Di antaranya adalah dengan menggabungkan 2 ruko.menjadi 1 ruko sehingga warga bisa memanfaatkan ruko dengan ukuran lebih luas.


"Kami sudah mengakomodir keinginan warga terutama soal ruko. Warga mau apa lagi?"kata dia.


Kapolsek Saptosari, AKP Kusnan mengatakan pihaknya berupaya untuk mempertemukan kedua belah pihak agar segera ada titik temu. Dalam dua atau tiga hari ke depan persoalan penutupan pantai Widodari segera bisa diselesaikan.


"Ya dua atau tiga hari lagi mudah-mudahan sudah dibuka kembali,"terang dia.

Seorang wisatawan asal Ngawi Muhammad Aditya mengaku kaget ketika dicegat oleh warga untuk memarkir mobilnya. Ia bersama 7 orang temannya sesama dari Universitas Negeri Solo (UNS) harus berjalan cukup jauh.


"Kaget juga ke sini. Sudah ke sininya lewati jalan berbatu, eh mau sampai kok malam ditutup,"terang dia, Selasa (17/1/2023).


Aditya mengatakan jika memang ada konflik warga maka sebaiknya diselesaikan dengan baik-baik. Tidak perlu melakukan aksi blokir jalan yang sebenarnya merugikan wisatawan ataupun juga warga setempat.


Dia berharap agar warga kembali membuka akses masuk ke pantai tersebut dan membuka blokade agar wisatawan bisa dengan leluasa jika ingin ke pantai Widodaren. Sehingga warga bisa kembali mendapatkan pemasukan.


"Kalo bisa ya segera dibuka. Sayang lho karena pantainya sudah dikenal masih perawan,"terang dia.

Kontributor : Julianto

Load More