SuaraJogja.id - Kebijakan Pemprov Nusa Tenggara Timur (NTT) menerapkan jam masuk sekolah pukul 05.30 WITA menuai kontroversi dari berbagai pihak. Tak sedikit yang menilai penerapan kebijakan tersebut kurang menguntung bagi siswa.
Menanggapi hal itu, Pengamat Perkembangan Anak, Remaja, dan Pendidikan dari Fakultas Psikologi UGM, T. Novi Poespita Candra, menyebut bahwa kebijakan yang diterapkan tersebut kurang bijaksana dan kurang komprehensif.
"Dalam kajian perkembangan dan pendidikan sampai saat ini belum ada studi yang menjustifikasi jika sekolah dimulai lebih pagi dan menambah lama jam sekolah memiliki signifikansi terhadap etos belajar, kedisiplinan, dan prestasi siswa. Dengan begitu kebijakan ini kurang bijaksana," ujar Novi dalam keterangannya, Minggu (5/3/2023).
Ia menilai justru kebijakan tersebut bakal berdampak kurang baik jika tetap dijalankan. Apalagi bila tidak segera kemudian dilakukan mitigasi.
Disampaikan Novi, kebijakan sekolah masuk lebih pagi itu dapat berpotensi memberi dampak negatif pada fisik, emosi, maupun kognisi siswa. Dari sisi fisik saja, masuk sekolah lebih pagi tentu akan memengaruhi kualitas tidur siswanya.
Belum lagi, penambahan jam sekolah akan mengakibatkan kelelahan kronis pada anak. Hingga kemudian bisa menurunkan imunitas tubuh lantas lebih rentan terserang penyakit dan kehilangan fokus.
"Masuk lebih pagi, terburu-buru, dikhawatirkan anak-anak jadi tidak sempat sarapan atau sarapan. Namun kurang berkualitas sehingga memengaruhi konsentrasi belajar di sekolah," terangnya.
Emosi anak, kata Novi juga bisa terpengaruh dengan penerapan kebijakan ini. Bahkan tak hanya anak, dari pihak orang tua pun bisa jadi makin mudah tersulut emosi ketika melihat anak-anak belum siap.
"Akan banyak berpotensi memunculkan problem emosi, yang seharusnya berangkat dengan emosi positif penuh harapan dan motivasi. Namun, justru diawali dengan emosi negatif," ucapnya.
Baca Juga: Pakar Politik UGM: Sistem Pemilu Sudah Komprehensif, Rapi dan Berjenjang
"Belum lagi kalau terlambat anak akan menerima hukuman, di sini anak-anak juga bisa timbul emosi dan begitu juga gurunya emosi karena capek," tambahnya.
Manurutnya terdapat sebuah lingkaran persoalan emosi negatif yang dimunculkan dalam kondisi ini. Jika kemudian berlangsung dalam jangka panjang justru dikhawatirkan bakal menurunkan motivasi belajar bahkan mengajar dari siswa dan guru.
Dengan masuk sekolah lebih pagi, ditambahkan Novi, anak-anak menjadi kehilangan waktu untuk bersosialisasi dengan keluarga di rumah. Masih ditambah pula dari sisi keamanan yang harus diperhatikan.
"Kalau masuk lebih pagi kan masih gelap. Ini perlu dipikirkan keamanannya, terutama daerah-daerah pinggiran yang jalanannya masih sepi kan bahaya," tandasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Lambat Tangani Korban, Muhammadiyah Desak Prabowo Tetapkan Status Bencana Nasional Sumatera
-
Kasus Korupsi Hibah Pariwisata Sleman, Dakwaan JPU Dinilai Belum Singgung Peran Harda Kiswaya
-
Kocak! Study Tour ke Kantor Polisi, Murid TK Ini Malah Diajarin Bentrok
-
Dakwaan Dugaan Korupsi Dana Hibah Pariwisata Sleman Seret Nama Raudi Akmal
-
Bantuan dari BRI Telah Jangkau Lebih dari 70 Ribu Masyarakat Terdampak di Sumatera