SuaraJogja.id - Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta segera meluncurkan prangko seri Malioboro. Prangko edisi khusus Malioboro ini memiliki tiga desain.
Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Yetti Martanti mengatakan khusus untuk perangko seri Malioboro ini hasilnya adalah berupa lukisan. Setidaknya ada tiga lukisan yang akan ditertibkan menjadi prangko nasional nanti.
Pihaknya melibatkan sejumlah tenaga ahli mulai dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, termasuk kurator di Bentara Budaya. Termasuk menggandeng perupa dari Kota Yogyakarta, Astusi Kusumo.
"Kami melalui diskusi panjang kemudian mengeluarkan narasi melihat Malioboro dari beberapa persepektif. Ada tiga karya," kata Yetti, Minggu (4/6/2023).
Karya pertama prangko seri Malioboro itu akan menarasikan Malioboro dari persepektif Teras Malioboro 2 (TM2). Sebagai informasi TM2 itu adalah tempat relokasi para pedagang pernak-pernik yang dulunya berjualan di sepanjang kawasan Malioboro.
Pemilihan narasi TM2 itu mencoba untuk memperlihatkan perkembangan yang ada di sana. Termasuk dengan dinamika yang masih terus bergulir hingga saat ini.
"Bicara TM2 itu sesuatu yang belum berhenti, bagaimana melihat dinamika perkembangan yang ada di Malioboro itu di TM2 ini yang belum berhenti, artinya sangat dinamis, karena kan besok TM2 juga akan dipindah lagi. Nah ini sesuatu yang kemudian ada pesan ingin disampaikan tentang Malioboro," terangnya.
Desain kedua berkaitan dengan Ketandan. Disampaikan Yetti, dari desain ini seolah mencoba melihat Malioboro dari aspek budaya. Termasuk pluralisme atau multikultural yang telah lama ada di sana.
Kampung Ketandan sendiri memang menjadi saksi sejarah akulturasi antara budaya Tionghoa, Keraton dan warga Kota Yogyakarta. Kawasan tersebut juga diakui sebagai kawasan Pecinan kota Jogja.
Baca Juga: Terjadi Tawuran di sekitar Balai Kota Yogyakarta, Warung Makan dan Toko Kelontong Buru-buru Ditutup
"Ada pecinan di sana yang hidup berdampingan dengan masyarakat lokal. Nah sebuah pluralisme itu sudah sangat harmonis sejak dulu," tuturnya.
Kemudian desain ketiga adalah tugu ngejaman atau yang dulu disebut stadsklok atau jam kota. Ikon ini dipilih untuk mengingatkan kembali Malioboro yang berkaitan erat dengan waktu.
"Dan di sana itu kan sebenarnya penanda kalau dulu itu orang kemana-mana itu mesti ngejaman itu dipakai sebuah titik untuk kemudian meeting point. Jadi orang kalau menunggu titiknya ngejaman itu yang dipakai sebuah penandan untuk kemudian mau kemana," ujarnya.
Hal ini sekaligus sebagai penunjuk bahwa Malioboro berkembang sangat dinamis dari waktu ke waktu.
"Ya itu Malioboro menjadi sebuah penanda, ini juga bisa dibaca masalah waktu. Bagaimana kemudian dari waktu ke waktu Malioboro sangat dinamis dalam perkembangannya," tandasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Berapa Tarif Hotman Paris yang Jadi Pengacara Nadiem Makarim?
- Upgrade Karyamu! Trik Cepat Bikin Plat Nama 3D Realistis di Foto Miniatur AI
- Jangan Ketinggalan Tren! Begini Cara Cepat Ubah Foto Jadi Miniatur AI yang Lagi Viral
- Pelatih Irak Soroti Kerugian Timnas Indonesia Jelang Kualifikasi Piala Dunia 2026
- 6 Cara Buat Foto Miniatur Motor dan Mobil Ala BANDAI dengan AI yang Viral di Medsos!
Pilihan
-
Mikel Merino Hattrick, Spanyol Bantai Turki Setengah Lusin
-
Isu PHK Massal Gudang Garam: Laba Perusahaan Anjlok Parah, Jumlah Karyawan Menyusut?
-
Isu PHK Massal Gudang Garam: Laba Perusahaan Anjlok Parah, Jumlah Karyawan Menyusut?
-
8 Rekomendasi HP Rp 2 Jutaan Terbaik September 2025, Baterai Awet Kamera Bening
-
Harga Emas Naik Terus! Emas Antam, Galeri24 dan UBS Kompak di Atas 2 Juta!
Terkini
-
Bantul Tolak Sampah dari Luar Daerah: Fokus Benahi Sampah Sendiri, Ini Strateginya
-
Langit Jogja Akan Memerah, Gerhana Bulan Total Minggu Malam Bisa Dilihat Sempurna
-
3 Link DANA Kaget Aktif yang Bisa Diklaim Hari ini untuk Warga Jogja
-
Tol Jogja-Solo Padat Merayap, Lalin Naik Hampir 37 Persen Saat Libur Panjang Akhir Pekan
-
Populasi Kucing Liar Terkendali? Yogyakarta Gencarkan Sterilisasi Gratis di Gedung Pemerintah