Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Ilham Baktora
Rabu, 30 Agustus 2023 | 20:35 WIB
Pakar Manajemen Air UGM, Agus Maryono menyampaikan tentang manajemen air di Yogyakarta, Rabu (30/8/2023). [Kontributor Suarajogja.id/Putu Ayu Palupi]

SuaraJogja.id - Pakar Manajemen Air UGM, Agus Maryono mengungkapkan kekeringan yang melanda 25 Kapanewon di DIY akibat dampak El Nino tidak bisa diselesaikan hanya dengan memberikan bantuan dropping air. Kebijakan itu tidak mendidik karena warga tidak diarahkan memiliki kesatuan berpikir untuk menyelesaikan secara secara sistemik.

"Kadang masyarakat malas cari sumber air dan menunggu dropping air. Dropping air terus tidak mendidik masyarakat karena sebenarnya bisa mencari sumber air. Dropping [air] hanya hanya untuk melengkapi, kalau dibiarkan maka akan tidak mendidik," papar Agus di UGM, Rabu (30/8/2023).

Padahal meski mengalami kekeringan parah seperti Panggang, Gunungkidul, menurut Dekan Sekolah Vokasi UGM tersebut sumber air di DIY masih melimpah ruah. Contohnya di Gunungkidul yang paling terdampak kekeringan, pemerintah setempat bisa mengajak warga untuk memasang pipa di gua-gua yang banyak terdapat di kabupaten tersebut untuk mendapatkan air.

Selain itu warga bisa dibantu mencari mata air di tebing atau di kaki tebing sungai. Mereka pun bisa mencari sumber air di ceruk sungai ataupun dasar sungai di sekitar pohon besar.

Baca Juga: Atasi Dampak El Nino, Daerah Diminta Sesuaikan Komoditas Pertanian yang Toleran Kekeringan

"Atau membuat instalasi bor di tengah atau pinggir sungai kering. elain itu di dasar sungai air pada curva luar juga bisa ditemukan air dan dibuat sumuran atau instalasi pipa," ungkapnya.

Agus menambahkan warga pun bisa menyaring air yang masih tersisa dengan saringan pasir cepat dan melakukan filtrasi. Sumur-sumur tua yang tak banyak dipakai pun bisa dibersihkan dan dipompa kembali untuk mendapatkan air.

Sungai atau danau bawah tanah juga bisa jadi alternatif untuk mendapatkan air. Sebab, penguapan di danau bawah tanah sedikit sehingga bisa menyimpan air.

"Bila warga diajak ikut berperan mencari sumber air, tidak hanya droping air, maka mereka bisa mandiri menyediakan 75 persen air di Gunungkidul untuk memenuhi kebutuhan masyarakat," kata dia.

Kebijakan serupa, lanjut Agus juga bisa diberlakukan di kawasan perkotaan di Kota Yogyakarta. Meski tidak separah Gunung Kidul, Bantul maupun Kulon Progo, warga Kota Yogyakarta pun bisa kekurangan air bila sumur-sumur mereka mengalami kekeringan.

Baca Juga: Hadapi El Nino, Bupati Kediri Instruksikan Jajarannya Genjot Produksi Beras

Pemkot pun bisa membantu warga Kota Yogyakarta untuk mencari sumber air di sungai-sungai yang melewati kawasan perkotaan. Banyak mata air di sungai yang bisa dimanfaatkan warga bila dilakukan sanitasi dan diperbaiki serta ditanami tanam-tanaman di sekitar sungai untuk menyimpan air.

"Jangan hanya membangun talud yang hanya akan mematikan mata air dan alur air. Padahal di sungai ada sedimen flora dan fauna dan jadi tempat konsvasi air, sungai dan alam," ujar dia.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

Load More