Itu yang kemudian berefek pada layanan Transjogja secara keseluruhan. Dari sisi bus memang lebih bagus dan pelayanannya pun cukup ramah tapi dari sisi kecepatan tidak meningkat dan masih ikut terlibat dalam kemacetan.
"Efeknya ya orang kemudian tetap memilih menggunakan kendaraan pribadi. Sehingga load faktornya jumlah penumpang yang naik itu juga sangat rendah di bawah 40% kadang 30% dan seterusnya. Itu kemudian efeknya adalah subsidi nggak segera turun," tuturnya.
Disampaikan Arif, secara ideal seharusnya subsidi yang diberikan itu dilindungi. Sehingga orang tertarik dan subsidi yang digelontorkan pun makin lama makin turun.
Namun tidak untuk kasus di Jogja, subsidi makin naik atau tidak pernah turun sampai hari ini. Sehingga ketika ada permintaan lebih untuk memperluas layanan, hal itu tak bisa segera diwujudkan dengan pertimbangan subsidi yang sudah terlalu besar.
Baca Juga: Polisi Tangkap Dua Pelaku Pembuangan Bayi di Sleman, Ibu Bayi Merupakan Mahasiswi Jogja
"Padahal sebenarnya perluasan layanan coverage itu akan bisa meningkatkan jumlah pengguna. Sehingga bisa mengurangi subsidi yang diberikan. Cuma kan ya tadi kalau subsidi diberikan tapi tidak dilindungi ya sama saja, efeknya adalah tidak memperbaiki daya tarik dari angkutan umum. Orang masih menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan online karena tidak lebih cepat," cetusnya.
"Jalur khusus itu menunjukkan komitmen full, kalau ini kan cuma setengah. Kita beli layanan kasih subsidi tapi kita gak berupaya untuk melindungi subsidi itu. Efeknya tadi setengah jalan, gak maksimal," imbuhnya.
Jalur Khusus Bukan Tak Mungkin
Sisi lain, Arif menuturkan sangat mungkin untuk memberikan jalur khusus kepada Trans Jogja seperti halnya busway di Jakarta. Salah satu caranya adalah mengurangi parkir liar di pinggir jalan.
"Memang Jogja jalannya sempit tapi sebenarnya sempit itu yang on street parkir to, karena parkir di pinggir jalan masih banyak. Kalau itu dibersihkan sebenarnya ada ruang untuk kemudian bahkan diambil dua lajur bolak-balik itu masih bisa," ujar Arif.
Baca Juga: Ayom Jogja, Tempat Makan Cantik di Tengah Hijaunya Pesawahan yang Asri
"Cuma keberanian itu sekali lagi, itu kan menggoyang konstelasi jalanan, yang itu resiko politiknya juga lumayan besar," imbuhnya.
Berita Terkait
-
Antipanik, 7 Tips Menjaga Barang saat Mudik Naik Transportasi Umum agar Tetap Aman
-
Pemprov Jakarta Perbarui Transportasi Umum, Angkot Tua Akan Diganti
-
JR Connexion PIK 2 Resmi Dibuka, Akses ke Stasiun KCIC Halim Makin Gampang!
-
Anies Bandingkan Transportasi Umum di Jakarta dengan Jepang, Netizen: Lagi Pamer Warisan?
-
Momen Hemat Anggaran, Normalisasi Transportasi Umum bagi Pejabat Negara Harus Dilaksanakan
Terpopuler
- Menguak Sisi Gelap Mobil Listrik: Pembelajaran Penting dari Tragedi Ioniq 5 N di Tol JORR
- Kode Redeem FF SG2 Gurun Pasir yang Aktif, Langsung Klaim Sekarang Hadiahnya
- Dibanderol Setara Yamaha NMAX Turbo, Motor Adventure Suzuki Ini Siap Temani Petualangan
- Daftar Lengkap HP Xiaomi yang Memenuhi Syarat Dapat HyperOS 3 Android 16
- Xiaomi 15 Ultra Bawa Performa Jempolan dan Kamera Leica, Segini Harga Jual di Indonesia
Pilihan
-
Link Live Streaming AC Milan vs Inter Milan: Duel Panas Derby Della Madonnina
-
FULL TIME! Yuran Fernandes Pahlawan, PSM Makassar Kalahkan CAHN FC
-
Libur Lebaran, Polresta Solo Siagakan Pengamanan di Solo Safari
-
Dipermak Nottingham Forest, Statistik Ruben Amorim Bersama MU Memprihatinkan
-
Partai Hidup Mati Timnas Indonesia vs China: Kalah, Branko Ivankovic Dipecat!
Terkini
-
Arus Lalin di Simpang Stadion Kridosono Tak Macet, APILL Portable Belum Difungsikan Optimal
-
Kunjungan Wisatawan saat Libur Lebaran di Gunungkidul Menurun, Dispar Ungkap Sebabnya
-
H+2 Lebaran, Pergerakan Manusia ke Yogyakarta Masih Tinggi
-
Exit Tol Tamanmartani Tidak Lagi untuk Arus Balik, Pengaturan Dikembalikan Seperti Mudik
-
Putra Prabowo Berkunjung ke Kediaman Megawati, Waketum PAN: Meneduhkan Dinamika Politik