SuaraJogja.id - Siro (29) warga Wedomartani, Sleman mengaku kini lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi untuk beraktivitas ke seputar Jogja ketimbang menggunakan transportasi umum. Ia menetapkan keputusan tersebut lantaran pernah mengalami pengalaman kurang nyaman saat menggunakan Trans Jogja.
"Sistem transportasi umum di Jogja tentu sangat kurang ya, pernah aku nyoba pakai Trans Jogja dari Bandara (Adisutjipto) ke Jalan Sudirman, itu lamanya minta ampun. Udah lama, pelayanannya payah soalnya enggak diarahin gitu. Itu pertama dan terakhir saya naik transportasi umum di Jogja," keluh Siro kepada SuaraJogja.
Menurutnya hal itu yang kemudian membuatnya dan kebanyakan orang memilih untuk membeli kendaraan pribadi. Sebab tak dimungkiri menjadi lebih efisien dan fleksibel dari sisi waktu.
Namun di sisi lain volume kendaraan yang meningkat menyebabkan kemacetan di berbagai ruas jalan. Terutama saat jam berangkat dan pulang kerja.
"Macet memang itu terutama di jam berangkat dan pulang kerja, dan seatuku di beberapa titik kemacetan, kayak perempatan Jembatan Sayidan, jadi titik tertinggi polusi di Jogja," tuturnya.
"Dan memang bikin sumpek sih banyaknya kendaraan dan minimnya kendaraan umum bikin bingung. Kalau misal motor kita pas lagi bermasalah, mau pake ojek online juga mahal," imbuhnya.
Layanan Transportasi Umum di DIY Belum Ideal
Merespon hal itu, Dinas Perhubungan (Dishub) DIY mengakui bahwa kondisi layanan transportasi publik di wilayahnya belum maksimal. Masyarakat disebut cenderung lebih memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi.
"Belum (ideal). Jadi kalau mau ideal itu butuh banyak hal yang harus dilakukan tidak hanya sekadar menyedikan layanan publik transport," kata Plt Kepala Dishub DIY, Sumariyoto, saat dihubungi, Rabu (6/9/2023).
Baca Juga: Polisi Tangkap Dua Pelaku Pembuangan Bayi di Sleman, Ibu Bayi Merupakan Mahasiswi Jogja
Sumariyoto menuturkan bahwa animo masyarakat untuk menggunakan kendaraan umum itu masih relatif rendah. Sehingga memang dibutuhkan kebijakan yang terintegrasi dari setiap pihak.
"Kalau lihat rata-rata itu kan hanya 35 persen (yang menggunakan transportasi umum). Jadikan masih jauh itu. Maka kebijakan lain harus mendukung," ucapnya.
Menurutnya saat ini hampir seluruh elemen masyarakat masih memahami konsep transportasi seperti zaman dulu. Padahal dengan perkembangan zaman sekarang, konsep itu tidak lagi relevan.
"Maksudnya gini, untuk transportasi itu kan memindahkan orang atau barang dari satu tempat ke tempat lain, bukannya memindahkan kendaraan dari satu tempat ke tempat lain, tapi yang terjadi saat ini kan seperti itu," tuturnya.
"Kalau zaman dulu mungkin iya, karena untuk mendapatkan kendaraan bermotor itu saat dulu itu gak bisa dengan mudah waktu itu. Sekarang orang itu mudah sekali mendapatkan kendaraan bermotor," imbuhnya.
Kondisi ini yang kemudian membuat pergeseran bisnis dalam transportasi publik. Saat ini, kata Sumariyoto, bahkan tak ada pihak swasta yang kemudian memutuskan untuk bisnis ke dalam transportasi publik.
Berita Terkait
Terpopuler
- 'Ogah Ikut Makan Uang Haram!' Viral Pasha Ungu Mundur dari DPR, Benarkah?
- Breaking News! Akhir Pahit Mees Hilgers di FC Twente
- Eks Feyenoord Ini Pilih Timnas Indonesia, Padahal Bisa Selevel dengan Arjen Robben
- Cuma 3 Jam 35 Menit dari Jakarta, Thom Haye Mungkin Gabung ke Klub Ini, Bukan Persib Bandung
- 35 Kode Redeem FF MAX Hari Ini 23 Agustus: Klaim Bundle Itachi, Emote Susanoo & Senjata Akatsuki
Pilihan
-
3 Rekomendasi HP Samsung Rp 1 Jutaan Terbaru Agustus 2025, Terbaru Galaxy A07
-
Shin Tae-yong Batal Dampingi Korea Selatan U-23, Rencana 'Reuni Panas' di Sidoarjo Buyar
-
Daya Beli Melemah, CORE Curiga Target Pajak RAPBN 2026 'Ngawang'!"
-
Prabowo Kirim 'Surat Sakti' ke DPR Demi Dua Striker Baru Timnas Indonesia
-
Terbongkar! Anggota DPR Pajaknya Dibayarin Negara, Netizen: Terus Gaji Gede Buat Apa?
Terkini
-
Sungai Code, Gajah Wong, dan Winongo Dinormalisasi, Jejak Romo Mangun Dihidupkan Kembali
-
Ricuh Suporter di Jogja: Dari Kecelakaan Berujung Gesekan, Sudah Damai tapi Massa Tak Terima
-
Berbagai Keunggulan Jika Anda Gabung Promo Novablast 5
-
Bantah Adanya Korban Meninggal, Polisi Ungkap Kronologi Kericuhan Suporter PSIM vs Persib di Jogja
-
Lubang Menganga di Sleman, Karst Gunungkidul Terancam: Yogyakarta Kalah Lawan Tambang Ilegal?