Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Rabu, 22 November 2023 | 11:42 WIB
Diskusi mengenang Edi Sedyawati di acara The 12th Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) 2023

Berkaitan dengan diplomasi kebudayaan Indonesia ini, tentu bila Bu Edi masih hidup sekarang beliau urun rembug tentang pengembalian arca-arca Singosari dari Leiden termasuk arca Ganesa yang pernah ditelitinya. Tema pemulangan artefak-artefak kita yang berada di Eropa atau Amerika ini penting. Karena ini menyangkut segala hal mulai dari kemampuan pemerintah berdiskusi dengan pihak museum-museum luar sampai kesiapan museum-museum kita sendiri menyimpan dan merawat serta mengekhibisikan artefak-artefak publik secara menarik. Terbakarnya bagian belakang Museum Nasional beberapa waktu lalu sedikit memancing diskusi mengenai kesiapan Indonesia menerima dan memelihara pengembalian artefak-artefak tersebut. Ada banyak artefak yang belum dikembalikan seperti arca Bhairawa Singosari di Leiden dan juga tengkorak kepala Pithecanthropus Erectus temuan arkeolog Eugene Dubois yang kini disimpan di Museum Naturel Belanda, serta prasasti Pucangan dari zaman Erlangga yang kini dikoleksi Museum Kalkuta India, dan Prasasti Minto di Skotlandia. Semua itu akan didiskusikan di BWCF

Melengkapi acara inti merayakan pemikiran Edi Sedyawati, sebagaimana kegiatan BWCF selama 11 tahun ini maka akan diadakan acara-acara pendamping dari mulai ceramah-ceramah arkeologi dan seni, pemutaran film yang berkaitan dengan arkeologi, tari sampai pertunjukan seni dan sastra.

Kami merencanakan akan menampilkan pre-opening di tanggal 23 November 2023 pada siang hari di Gedung Heritage KPPN Malang (jadwal acara terlampir) berupa pemutaran film terbaru sutradara terkenal Nia Dinata berjudul Unearthing Muara Jambi. Film ini akan menyajikan subjek situs arkeologi Buddhis terbesar Muara Jambi. Sementara pada Opening yang akan berlangsung, pada tanggal 23 November 2023 pukul 7 malam di Universitas Negeri Malang akan ditampilkan acara inti: Pidato Kebudayaan Prof. Dr. Arlo Griffiths mengenai Prasasti Minto yang sekarang ada di Skotlandia.

Di festival ini akan menghadirkan bazar buku dari puluhan penerbit yang menampilkan buku-buku sejarah, Buddha-Hindu dan humaniora. Kami juga akan mendiskusikan buku-buku arkeologi terbaru, menyajikan program meditasi, mengundang para novelis seperti Leila S. Chudori, mengundang puluhan penyair muda, mengadakan malam pertunjukan tari kontemporer yang berbasis tradisi, pemutaran film tari, workshop tari, dan pertunjukan musik.

Baca Juga: Meriahkan Hari Tari Sedunia, Lebih dari 450 Seniman Jogja Sodaqoh Joged di Taman Budaya Kulon Progo

Pada pertunjukan tari, kami akan menghadirkan pertunjukan tari Kecak Teges yang dibawakan oleh I Ketut Rina bersama puluhan warga Desa Teges , Peliatan Ubud, Gianyar, Bali. Cak Rina awalnya diciptakan oleh Sardono W. Kusumo. Pada tahun 1971, ia mengajak para petani Desa Teges Bali untuk membuat sebuah Cak eksperimental yang format koreografinya tidak seperti cak baku yang dibuat oleh Walter Spies. Saat ini, Ketut Rina masih anak-anak. Dan ia anggota terkecil. Sekarang Kecak Teges ini dilanjutkan oleh Ketut Rina.

Pada malam sastra, BWCF akan menyajikan pembacaan sajak oleh Sutardji Calzoum Bachri, penyair legendaris yang kini usianya 80-an. Sutardji akan didampingi oleh Afrizal Malna, Jose Rizal Manoa, dan penyair Malang bernama Tengsoe Tjahjono. Sebagai penutup seluruh rangkaian mata acara pada tanggal 27 November 2023, pada sore hari akan ditampilkan Pidato Kebudayaan penutupan dari Prof. Dr. Cecep Eka Permana yang akan membawakan pidato berjudul Membaca Ulang Seni Indonesia Purba: Gambar Cadas di Goa-Goa Maros Sulawesi dan Sangkulirang Kalimantan. Pada malam harinya, disajikan pertunjukan musik oleh kelompok Lordjhu dan Nova Ruth. Kedua komunitas band tersebut merupakan band pop eksprimental yang sangat mengolah unsur-unsur tradisi.

Seluruh acara akan dilaksanakan selama 5 hari di kampus Universitas Negeri Malang. Adapun alasan mengapa lokasi BWCF tahun ini dilaksanakan di Malang. Pertama, mengingat disertasi Bu Edi Sedyawati berkenaan dengan arca-arca Ganesha yang ditemukan dari sekitar Malang, Kediri, dan Singosari. Kedua, dengan diadakannya BWCF 2023 di Malang, tribute dan penghormatan terhadap almarhum Prof. Dr. Edi Sedyawati menjadi sangat kontekstual.

Load More