SuaraJogja.id - Ketua PP Muhammadiyah Bidang Hukum dan HAM Busyro Muqoddas menyoroti proses politik selama Pemilu 2024. Menurut dia selama prosesnya itu menunjukkan nihilnya etika moral dan rasa malu dari para elit.
"Bulan-bulan ini rakyat diracuni dengan virus, virus itu adalah virus pembunuh demokrasi dan daulat rakyat. Virus itu bernama dinasti politik destruktif, sumber virus itu adalah di sekitar Monas tepatnya di istana negara," kata Busyro dikutip (13/3/2024).
Disebutkan Busyro, virus itu senantiasa tumbuh subur. Apalagi ketika rakyat terus difakirmiskinkan dan yatim piatukan secara politik, hukum, ekonomi dan HAM.
"Proses politik selama pemilu yang kemarin itu membuktikan bahwa ada fakta telanjang bahwa rasa malu kandas pada elite politik istana. Etika politik dikubur, dan diganti dengan berkobarnya syahwat nafsu politik keluarga presiden," tegasnya.
Bukti ketertelanjangan etika politik kenegaraan itu, kata Busyro, yakni direnggutnya konstitusi 1945 dan muruah Mahkamah Konstitusi terutama lewat putusan MK nomor 90 tahun 2023.
Pasalnya putusan itu yang memberi hak istimewa secara amoral serta asosial terhadap anak sulung Presiden Jokowi, dalam hal ini Gibran Rakabuming Raka. Kemudian diketahui maju sebagai cawapres nomor urut 2 mendampingi Prabowo Subianto.
Busyro mengatakan masyarakat terkhusus para sivitas akademika perguruan-perguruan tinggi di Indonesia tidak bisa membiarkan begitu saja keadaan ini. Sudah saatnya para akademisi itu berperan untuk berpihak kepada rakyat.
"Ini saatnya seluruh sivitas akademika dan pimpinan perguruan tinggi negeri maupun swasta tidak lagi bisa tinggal diam. Ilmuwan yang diam itu sama saja mendiamkan kejahatan, mendiamkan kejahatan adalah kejahatan itu sendiri," terangnya.
"Oleh karena itu kita menghimbau kepada rekan-rekan sivitas akademika di seluruh Indonesia PTN dan PTS untuk sesegera mungkin, syukur-syukur sebelum tanggal 20 Maret ini melakukan gerakan-gerakan adab, penuh sopan, penuh santun tapi tegas terhadap rezim yang memamerkan ketelanjangan etika moral dan rasa malunya," imbuhnya.
Baca Juga: Sejumlah Guru Besar dan Tokoh kembali Bersuara Lewat Kampus Menggugat: Tegakkan Etika dan Konstitusi
Berita Terkait
-
Sejumlah Guru Besar dan Tokoh kembali Bersuara Lewat Kampus Menggugat: Tegakkan Etika dan Konstitusi
-
Zainal Arifin Mochtar Bicara Kesempatan Pascapemilu, Kebangkitan Oposisi hingga Pengadilan Rakyat
-
KPU dan Bawaslu DIY Pastikan Tak Ada Suara Tidak Sah Bergeser ke Parpol atau Paslon Tertentu di Pemilu 2024
Terpopuler
- Ole Romeny Menolak Absen di Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
- Tanpa Naturalisasi, Jebolan Ajax Amsterdam Bisa Gantikan Ole Romeny di Timnas Indonesia
- Makna Satir Pengibaran Bendera One Piece di HUT RI ke-80, Ini Arti Sebenarnya Jolly Roger Luffy
- Ditemani Kader PSI, Mulyono Teman Kuliah Jokowi Akhirnya Muncul, Akui Bernama Asli Wakidi?
- Jelajah Rasa Nusantara dengan Promo Spesial BRImo di Signature Partner BRI
Pilihan
-
Kevin Diks Menggila di Borussia-Park, Cetak Gol Bantu Gladbach Hajar Valencia 2-0
-
Calvin Verdonk Tergusur dari Posisi Wingback saat NEC Hajar Blackburn
-
6 Smartwatch Murah untuk Gaji UMR, Pilihan Terbaik Para Perintis 2025
-
3 Film Jadi Simbol Perlawanan Terhadap Negara: Lebih dari Sekadar Hiburan
-
OJK Beberkan Fintech Penyumbang Terbanyak Pengaduan Debt Collector Galak
Terkini
-
Analisis Tajam Sabrang Letto: Kasus Tom Lembong Jadi Pertaruhan: Wasit Tak Adil!
-
Target PAD Pariwisata Bantul Terlalu Ambisius? Ini Strategi Dinas untuk Mengejarnya
-
Marak Pembangunan Abaikan Lingkungan, Lanskap Ekosistem DIY Kian Terancam
-
Status Kedaruratan Ditingkatkan Pasca Kasus Leptospirosis, Pemkot Jogja Sediakan Pemeriksaan Gratis
-
Bosan Kerja Kantoran? Pemuda Ini Buktikan Keripik Pisang Bisa Jadi Bisnis Menguntungkan di Kulon Progo