SuaraJogja.id - Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM, Rijadh Djatu Winardi menyatakan Pemilu 2024 tak berdampak signifikan dalam sektor ekonomi. Padahal anggaran pemilu pada tahun ini mengalami kenaikan cukup tinggi.
Namun ternyata, anggaran cukup besar yang digunakan dalam pemilu kali ini tidak cukup berdampak dari segi ekonomi. Efek dari dana kampanye maupun dana pemilu terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) masih cenderung terbatas.
"Efeknya berkisar antara 0,1-0,2 persen terhadap PDB," kata Winardi, dalam keterangannya, Senin (25/3/2024).
Dosen Departemen Ilmu Akuntansi ini menjelaskan bahwa secara dampak, dana pemilu yang digunakan pun tidak begitu dirasakan masyarakat luas. Pasalnya masyarakat masih dihadapkan pada inflasi atau kenaikan harga barang dan jasa.
Baca Juga: Mencuat Kasus Dugaan Kekerasan Seksual di Filsafat UGM, Kampus Lakukan Pendalaman
"Ada juga yang berpendapat efek untuk sekarang tidak akan sebesar pemilu sebelumnya," ucapnya.
Kondisi tersebut, kata Winardi, diakibatkan oleh sejumlah hal. Misalnya saja karena sejumlah pasangan calon (paslon) capres cawapres tidak menggunakan dananya secara outsource.
Melainkan menggunakan dana atau uang itu dari perusahaan miliknya sendiri. Sebagai contoh, dalam pengerjaan spanduk, kaos, dan atribut kampanye lainnya.
Ia juga menyoroti perihal adanya pola yang sama dalam setiap pelaksanaan pesta demokrasi di Indonesia. Dalam hal ini setiap gelaran pemilu selalu ada kenaikan konsumsi lembaga dan penurunan investasi.
Kendati memang terdapat kenaikan hanya lebih banyak kepada Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT). Konsumsi untuk pembuatan atribut kampanye tadi masih menjadi andalan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Baca Juga: Pasca Petisi Kampus Memanggil, Guru Besar UGM Prof Koentjoro Soeparno Diteror
"Pertumbuhan ekonomi saat pemilu masih terbatas dan dampaknya hanya fokus di LNPRT," terangnya.
Sedangkan untuk sisi lain, dalam hal ini adalah arus investasi masih tetap tertahan. Disampaikan Winardi, dalam setiap pemilu angka investasi di tanah air tidak mengalami peningkatan.
"Pengusaha selalu mencoba untuk wait and see. Mereka berharap agar pemilu segera selesai agar lebih pasti dan segera bisa investasi," tandasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pencipta Lagu Tagih Royalti ke Penyanyi, Armand Maulana: Padahal Dulunya Memohon Dinyanyikan
- Beda Timnas Indonesia dengan China di Mata Pemain Argentina: Mereka Tim yang Buruk
- Riko Simanjuntak Dikeroyok Pemain Persija, Bajunya Hampir Dibuka
- Simon Tahamata Kasih Peringatan Program Naturalisasi Pemain Timnas Indonesia Terancam Gagal
- Ketegaran Najwa Shihab Antar Kepergian Suami Tuai Sorotan: Netizen Sebut Belum Sadar seperti Mimpi
Pilihan
-
Cinta Tak Berbalas! Ciro Alves Ingin Bertahan, Tapi Persib Diam
-
Kronologis Anak Kepsek di Bekasi Pukul Siswa SMP Gegara Kritik Dana PIP
-
LG Mundur, Danantara Investasi di Proyek Baterai Kendaraan Listrik Bareng CATL
-
Profil Pembeli SPBU Shell di Seluruh Indonesia: Citadel dan Sefas
-
Bareskrim Nyatakan Ijazah SMA dan Kuliah Asli, Jokowi: Ya Memang Asli
Terkini
-
Moratorium Hotel Sumbu Filosofi Diberlakukan, PHRI Desak Penertiban 17 Ribu Penginapan Ilegal
-
Kelanjutan Soal Besaran Pungutan Ekspor Kelapa, Mendag Ungkap Hal Ini
-
Kabupaten Sleman Diganjar ANRI Award, Bupati Ungkap Strategi Jitu Pelestarian Arsip
-
UMKM di Indonesia Melimpah tapi Lemah, Mendag: Kebanyakan Ingin Jadi Pegawai
-
Koperasi Merah Putih Didukung, Peneliti Fakultas Peternakan UGM Ingatkan Ini agar Tak Sia-sia