Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Rabu, 17 April 2024 | 12:00 WIB
Potret pengelolaan sampah di Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM. (Dok.istimewa)

SuaraJogja.id - Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM meluncurkan program-program pengelolaan sampah di lingkungan kampus. Bukan hanya berfokus pada pengurangan sampah tetapi sekaligus pada pemanfaatan kembali agar menjadi sumber daya ekonomi yang bernilai.

Dekan FEB UGM, Didi Achjari, dalam keterangannya menuturkan bahwa program-program inovatif pengelolaan sampah itu sebagai bentuk dukungan keberlanjutan. Sehingga dapat menciptakan perubahan positif di lingkungan kampus dan memberi dampak juga ke masyarakat.

Pengelolaan sampah di FEB UGM sendiri dilakukan dengan cara mengolah sampah organik menjadi pupuk. Kemudian dimanfaatkan untuk pembuatan biopori di lingkungan kampus.

Selain itu, FEB UGM turut mendorong pengurangan penggunaan sampah plastik. Melalui dengan penggalakkan penggunaan termos air minum pribadi (tumbler) bagi warganya serta menyediakan air minum isi ulang gratis melalui water fountain.

Baca Juga: UGM Raih Peringkat di QS WUR by Subjects 2024, ke-25 Bidang Ilmu Ini Berhasil Tempati Ranking Dunia

"Kita mendorong kesadaran dan partisipasi mahasiswa, dosen, serta staf profesionalnya untuk mewujudkan ekonomi hijau di kampus. Salah satu inisiatif yang diambil untuk mendukung pembangunan ekonomi hijau dengan menerapkan pengurangan sampah plastik," kata Didi, dikutip Rabu (17/4/2024).

Meski diakui saat ini FEB UGM memang belum sepenuhnya lepas dari penggunaan plastik dalam aktivitas kampusnya. Menurut Didi, sejumlah langkah konkret telah diterapkan untuk mengelola sampah plastik yang dihasilkan.

Salah satunya melalui gerakan memilah sampah menurut jenisnya. Selain itu, langkah inovatif lain yang dilakukan oleh FEB UGM adalah mengelola limbah makanan dari kantin kampus untuk digunakan sebagai pakan ternak unggas dan ikan.

Sementara itu, Dosen Departemen Manajemen, R. Muhammad Fajri, menyebut FEB UGM telah melakukan strategi cukup memadai untuk mengurangi produksi sampah anorganik. Tidak terkecuali dalam mengolah sampah organik itu sendiri.

"Saya kira, pengelolaan sampah organik yang dilakukan sudah memadai dengan mengolah sampah taman dan limbah makanan menjadi pupuk," ujar Fajri.

Baca Juga: Tumpukan Sampah di Kota Jogja kian Tak Terbendung, DLHK Tambah Angkutan Khusus

Terkait sampah anorganik, Fajri menilai positif adanya gerakan penggunaan tumbler yang disarankan di kampus sejak beberapa tahun belakangan. Penggunaan tempat minum isi ulang itu dinilainya cukup efektif mengurangi limbah air minum dalam kemasan.

"Penyediaan konsumsi di FEB UGM juga sudah mulai mengurangi kemasan kotak. Tapi masih diperlukan upaya untuk menekan penggunaan kemasan sekali pakai di kantin maupun kafe di FEB dengan menggunakan kemasan ramah lingkungan," usulnya.

Selain untuk mewujudkan kampus yang bersih dan hijau, program pemilahan dan pengelolaan sampah yang dilakukan oleh FEB UGM bertujuan untuk mendukung capaian Sustainable Development Goals (SDG) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Program ini sejalan dengan poin 12 SDGs yakni bentuk tanggung jawab atas konsumsi dan produksi yang telah dilakukan.

Load More