SuaraJogja.id - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengungkap penurunan angka kelahiran atau total fertility rate (TFR) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kini rata-rata angka kelahiran di Jogja sudah berada di bawah dua.
"Jadi Jogja rata-rata keluarga itu melahirkan sudah di bawah dua. Jadi kalau Jogja ini sudah 1,9," kata Hasto ditemui di Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta, Sabtu (6/7/2024)
Kondisi ini, disebut Hasto, kurang ideal untuk perkembangan daerah tersebut. Apalagi kemudian ada potensi mengalami penurunan populasi.
"Makanya hati-hati untuk daerah-daerah tertentu seperti DKI, Bali, DIY ini bisa mengalami minus growth. Jadi populasi bisa menurun," imbuhnya.
Hasto mengungkapkan sejumlah penyebab angka kelahiran di Jogja ini mulai menurun. Misalnya saja terkait dengan pendidikan tinggi yang dimiliki oleh masyarakat kota gudeg tersebut.
Ada pula penyebab rata-rata usia pernikahan yang terbilang mundur. Pasalnya di beberapa daerah dengan angka kelahiran di atas dua, rata-rata umur pernikahan masih di bawah 20 tahun.
"Kalau di Jogja karena pendidikan tinggi, kemudian rata-rata nikahnya sudah agak delay, di atas 22 tahun. Kalau di tempat-tempat lain kan rata-rata nikah perempuan itu banyak yang di bawah 20 tahun, kalau di DIY itu jauh di atas 20 tahun," terangnya.
"Sedangkan perempuan itu usia suburnya sebetulnya setelah masuk 35 (tahun) sudah turun. Telur perempuan itu umur 38 tahun sudah tinggal 10 persen. Ya hati-hati, makanya kalau perempuan, kalau ada jomblo-jomblonya yang jangan lama-lama lah," sambungnya.
BKKBN pun terus berupaya untuk meningkatkan angka kelahiran di sejumlah daerah itu. Salah satunya dengan kebijakan kesehatan pro kepada keluarga yang memang ingin memiliki anak.
Baca Juga: Begini Sejumlah Upaya Pemkot Jogja Jaga Keamanan Data Layanan Publik Aplikasi JSS
"Saya kira kebijakan kesehatan reproduksi tidak hanya pro untuk menurunkan kuantitas jumlah anak, tetapi juga pro kepada mereka yang ingin punya anak tapi sulit. Mungkin ke depan ini menjadi pemikiran BPJS juga, kalau orang ingin punya anak itu bisa masuk BPJS, tapi kalau sekarang ini kan belum. Masih jauh dari itu. Itu pemikiran ke depan," ungkapnya.
Berita Terkait
-
Syahdu! Penonton Bernostalgia Bareng Jikustik feat. Fanny Soegi di Prambanan Jazz 2024
-
JKT48 Goyang Prambanan Jazz Festival 2024, Hujan Deras Tak Halangi Fans Bernyanyi 'Heavy Rotation'
-
Mocca feat. Olski Ajak Penonton Prambanan Jazz Festival 2024 Berdendang Bersama Hari Pertama
-
Manipulasi Wali KK demi Kursi di SMAN 3 Jogja, Orang Tua Siswa Mengundurkan Diri
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
- Viral Murid SD Kompak Tolak Makan Gratis, Anak-Anak Jujur Masalahnya di Menu?
Pilihan
-
3 Kontroversi Purbaya Yudhi Sadewa di Tengah Jabatan Baru sebagai Menteri
-
Indonesia di Ujung Tanduk, Negara Keturunan Jawa Malah Berpeluang Lolos ke Piala Dunia 2026
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB, Terbaru September 2025
-
IHSG Jeblok Hingga 1 Persen di Sesi I Perdagangan Selasa Setelah Sertijab Menteri Keuangan
-
19 Tewas di Aksi Demo Anti Korupsi, Eks Persija Jakarta: Pemerintah Pembunuh!
Terkini
-
Proyek Tol Jogja-Solo Sentuh Ring Road Kronggahan, Bagaimana Dampaknya ke Lalu Lintas?
-
Bansos Kulon Progo Bocor? Modus Judi Online Terungkap, NIK Penerima Disalahgunakan
-
Dari Irigasi Kumuh ke Jalur Rafting: Gerakan Pemuda Sleman di Selokan Mataram Ini Inspiratif
-
Sultan HB X Tak Mau Komentari Figur Menteri, Tapi Ungkap Satu Harapan Ini untuk Prabowo
-
Sri Mulyani 'Ditendang' Demi Muluskan Ambisi Prabowo? Ekonom UGM Beberkan Strategi di Balik Reshuffle Kabinet