Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Sabtu, 06 Juli 2024 | 16:00 WIB
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo. [Suarajogja.id/Hiskia Andika Weadcaksana]

"Kita itu by desainnya begini, daerah-daerah yang total fertility ratenya masih tinggi, jumlah anaknya masih tinggi-tinggi seperti NTT, Papua. Nah kita mengontrol dengan kontrasepsi, membantu menyadarkan lah," tuturnya.

Sedangkan daerah dengan angka kelahiran sudah di bawah 2 akan terus didorong kembali. Tujuannya agar dapat meningkatkan angka kelahiran tersebut.

Dalam hal ini dari sisi membantu kesehatan reproduksi yang tak kalah penting. Mulai dari hamil pada usia ideal untuk perempuan yakni 20-35 tahun, tidak terlalu sering atau minimal berjarak tiga tahun, dan tidak terlalu banyak juga dalam mempunyai anak.

"Kalau seandianya sekarang ini seandainya sudah stuntingnya tinggi, misalkan kemudian kualitasnya nggak bagus terus jumlahnya sedikit ya waduh berat sekali menyangga beban itu," tandasnya. 

Baca Juga: Persiapkan Generasi Berencana, Kepala BKKBN: Jangan Kawin Terlalu Muda tapi Jomblo juga Jangan Lama-lama

"Bisa dibayangkan toh, kalau nenek anda itu masih hidup semua dari pihak istri neneknya masih lengkap, pihak suami nenek lengkap, malah masih punga buyut juga kadang. Terus anda bekerja berdua untuk menanggung nenek-neneknya. Itu waduh kalau mau menaikkan pendapatan perkapita agak berat itu, karena yang kerja sedikit, maksudnya seperti itu," tambahnya.

Load More