Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Kamis, 11 Juli 2024 | 15:35 WIB
Direktur Utama PT Primissima, Usmansyah saat memberi keterangan pada wartawan terkait banyaknya karyawan yang dirumahkan ditemui Kamis (11/7/2024). [Hiskia/Suarajogja.id]

SuaraJogja.id - PT Primissima tengah menderita krisis keuangan akibat sudah tidak mempunyai modal kerja lagi untuk membeli bahan baku dan membayar kebutuhan operasional. Ratusan karyawan pun terpaksa harus dirumahkan dan tak menerima gaji.

Direktur Utama PT Primissima, Usmansyah menuturkan perusahaan kini masih menggantungkan harapan kepada bantuan pinjaman modal kerja dari pemegang saham. Sembari menunggu realisasinya perusahaan melakukan bisnis makloon atau jasa tenun.

Walaupun memang penghasilan dari bisnis makloon tidak cukup untuk bisa secara penuh membayar biaya operasional maupun utang yang ada. Adapun sebelum pinjaman modal kerja dari pemerintah dalam hal ini PT PPA (Perusahaan Pengelola Aset) bisa dicarikan maka diperlukan resrukturisasi aset dan efisiensi operasional.

Hal itu bertujuan agar pinjaman modal kerja yang akan datang dapat dijamin dan dapat dikembalikan. Dana penyehatan pun tengah dinantikan untuk pembaruan mesin-mesin yang ada.

Baca Juga: PT Primissima Akui Tak Bayar BPJS Ketenagakerjaan Sejak Februari 2020, Ditaksir Mencapai Rp6 Miliar

"Sebenarnya prosesnya itu Primissima sebagaimana rapat DPR kemarin adalah dalam proses untuk disehatkan. Proses penyehatan ini dikelola secara penuh oleh PT PPA Pengelola Aset yang sekarang membawahi kami," ujar Usmansyah, ditemui wartawan, Kamis (11/7/2024).

"Skema PPA juga tidak ujug-ujug karena dia juga badan usaha. Kalau dia memberikan pendanaan segera dan melanggar asas governance dan legal, direksinya juga bisa kena. Makanya dirancang dalam bentuk efisiensi semaksimal mungkin," imbuhnya.

Oleh sebab itu diperlukan restrukturisasi utang-utang yang dimiliki Primissima. Sebagai salah satu program PPA untuk restrukturisasi kewajiban.

"Sekarang sedang ada kerjasama antara PPA dengan Bank Mandiri bahwa nanti PPA akan memperoleh hak tanggungan. Jadi dari total aset kita yang sekitar Rp180 miliar itu, utang kita ke Bank Mandiri kan sekitar Rp55 miliar. PPA meminta jatah untuk menjadi dasar PPA memberikan dana talangan ke Primissima," ungkapnya.

Saat ini proses untuk kerja sama oleh PPA itu tengah berjalan. Usmansyah berharap ada kabar baik yang didapat sebelum tanggal 20 Juli 2023 mendatang.

Baca Juga: PT Primissima Luruskan Soal 15 Karyawan yang Kena PHK, Begini Faktanya

Sehingga perusahaan bisa mulai memanggil kembali para karyawan untuk bekerja. Setidaknya paling lambat hingga tanggal 1 Agustus 2024 nanti.

"Tapi kembali lagi kan ada program efisiensi, enggak bisa semua karyawan masuk karena penghasilannya tidak akan mengcover semua gaji karyawan. Memang nanti akan masih ada sebagian karyawan dirumahkan tapi dengan status dibayar gaji 25 persen," tuturnya.

Sembari pihaknya berharap dengan perputaran modal kerja yang diberikan oleh PPA serta kesepahaman dengan Bank Mandiri bisa dicapai. Kemudian dari sisi jumlahnya pun dapat cukup besar sehingga nanti perusahaan bisa menghidupkan mesin.

Pasalnya saat ini kapasitas mesin perusahaan yang hidup sekitar 40 persen saja. Namun jika kapasitas mesin bisa hidup hingga 90 persen, biaya pun diyakni sudah dapat terpenuhi.

"Nah untuk itu butuh modal kerja selain karena modal kerja yang nggak ada, mesin tua semua nih. Kita berharap rencana jangka pendeknya 1 Agustus karyawan masuk itu yang konservatif tapi kalau optimisnya kita berharap tanggal 20 Juli sudah ada perkembangan. Kalau dana PPA sudah turun kita berharap teman-teman sebagian sudah bisa masuk," ujar dia.

Load More