Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Sabtu, 20 Juli 2024 | 12:39 WIB
Program Director Sanggar Seni Kinanti Sekar, Bagas Arga Santosa menyampaikan paparan tentang nasib lagu dolanan anak di Taman Budaya Yogyakarta, Jumat (19/7/2024). [Kontributor/Putu Ayu Palupi]

SuaraJogja.id - Lagu-lagu anak, termasuk lagu-lagu tradisional dolanan anak dari Yogyakarta semakin tak terdengar gaungnya. Bahkan kemunculan lagu-lagu anak sudah berhenti pada era tahun 90-an. Akibatnya anak-anak sekarang lebih mengenal lagu-lagu dewasa alih-alih lagu-lagu anak, terutama lagu-lagu berbahasa Jawa atau daerah lainnya.

Padahal Yogyakarta tak kurang memiliki komposer-komposer atau musisi yang handal. Mereka banyak yang menghasilkan karya-karya musik luar biasa dan melegenda.

"Dulu eros [Sheila on 7] membuat lagu anak tapi bahasa indonesia. Sekarang ini tidak ada yang menciptakan lagu-lagu anak," papar Program Director Sanggar Seni Kinanti Sekar, Bagas Arga Santosa disela kesiapan pertunjukan orkestra anak bertajuk "Kumandang Kidung Bocah" di Taman Budaya Yogyakarta, Jumat (19/7/2024).

Menurut Bagas, perlu adanya gebrakan dari berbagai stakeholder di Yogyakarta untuk menciptakan kembali lagu-lagu anak berbahasa Jawa. Sehingga lagu-lagu anak tak semakin tergusur. 

Baca Juga: Begini Progres Pembangunan Jalan Tol Jogja-Solo Ruas Trihanggo-Junction Sleman

"Perlu local pride untuk menghasilkan lagu-lagu anak tapi harus kerjasama dengan stakeholder untuk mengumandangkan musik untuk anak-anak," tandasnya.

Sementara komposer sekaligus konduktor orkestra Kidung Kumandang Bocah, Guntur Nur Puspito menyatakan, membuat lagu anak bukan hal yang mudah. Meski banyak komposer handal di Yogyakarta, tidak semuanya bisa membuat lagu-lagu anak, termasuk lagu-lagu anak daerah.

"Lagu anak itu idiomnya beda. Karakter penggarapannya pun khusus anak, beda dengan lagu dewasa. Notasi yang keluar apakah sesuai dengan atmosfir anak-anak," ujarnya.

Meski tak mudah, lanjut Guntur, bukan berarti tak bisa. Banyak komposer Yogyakarta yang sebenarnya memiliki kompetensi menciptakan lagu anak. Namun sayangnya mereka tidak mendapatkan kesempatan untuk berkarya.

Namun peran serta pemerintah daerah sangat dibutuhkan. Komposer-komposer bisa saja dikumpulkan untuk bersama-sama menciptakan lagu-lagu anak yang berkualitas.

Baca Juga: Keluh Kesah Pedagang Teras Malioboro 2, Tak Ada Pembeli Berhari-hari hingga Kesulitan Biaya Pendidikan Anak

"Di jogja banyak arranger bagus tapi tidak dapat kesempatan. Diharapkan ada kesempatan [bagi komposer] untuk bisa menghasilkan lagu-lagu anak," tandasnya.

Kepala TBY, Purwiati mengungkapkan, pengembangan taman-taman budaya di kabupaten perlu direalisasikan secepatnya. Dengan demikian akan banyak kegiatan kesenian dan budaya yang bisa dihasilkan, termasuk dalam membuat lagu-lagu tradisional anak.

"Yang sekarang ada [taman budaya] baru kota, gunung kidul dan kulon progo. Diharapkan sleman dan bantul bisa segera menyusul," jelasnya.

Purwati menambahkan, pertunjukan orkestra anak  Kumandang Kidung Bocah yang akan digelar 23 Juli 2024 mendatang diharapkan tidak hanya menjadi hiburan. Kegiatan itu diharapkan menjadi laboratorium seni budaya yang memberikan pengalaman nyata kepada anak-anak.

"Orkestra anak ini bukan hanya pertunjukan, tetapi juga upaya melawan arus digitalisasi yang mengancam kelestarian budaya tradisional," imbuhnya.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

Load More