Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Selasa, 06 Agustus 2024 | 21:25 WIB
Tumpukan sampah di Kota Yogyakarta masih terlihat meski desentralisasi sudah berjalan beberapa bulan. [Kontributor/Putu Ayu Palupi]

SuaraJogja.id - Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta tengah menggencarkan gerakan Organikkan Jogja. Program itu sebagai respons tentang belum terpilahnya secara maksimal sampah organik dan anorganik di Kota Jogja.

Gerakan ini menyasar dari level yang paling rendah yakni rumah tangga di wilayah masing-masing. Masyarakat diharapkan lebih peduli tentang pengolahan khususnya sampah organik.

"Gerakan Organikkan Jogja itu supaya masyarakat mbok ayo yang (sampah) organik dikelola sendiri, yang namanya sisa dapur, sisa makanan itu. Skala rumah tangga menjadi kekuatan dasar kita," kata Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Yogyakarta Aman Yuriadijaya, Selasa (6/8/2024).

Aman yang juga merupakan Ketua Bank Sampah Kota Yogyakarta itu mengatakan pengolahan sampah organik di level rumah tangga akan membantu TPS3R untuk semakin maksimal melakukan pengolahan sampah menjadi Refuse Derived Fuel (RDF). Pasalnya memang selama ini pengolahan tersebut belum optimal.

Baca Juga: Sampah Organik Mendominasi, Kadar Air RDF Hasil Pengolahan Sampah Kota Jogja Terlalu Tinggi

Masih minimnya kesadaran masyarakat untuk mengolah sampah organik itu menjadi kendala tersendiri. Apalagi setidaknya 60 persen dari 200 ton per hari sampah yang dihasilkan masyarakat Kota Yogyakarta itu merupakan sampah organik.

Pembuangan di depo pun, kata Aman sudah dibatasi hanya sampah anorganik dan residu organik. Misalnya daun, rumput dan sampah lain yang relatif lebih kering dan mempunyai nilai kalori untuk RDF.

"Meskipun kalori tidak sangat tinggi tapi kalau cair, misalnya bakso, kuah soto, saos, itu tetap menjadi basah berkadar air. Ini yang sebetulnya ingin kita dorong masyarakat [menggolah sampah organik]," ucapnya.

Saat ini, Aman bilang paradigma dan pemahaman seluruh pihak seharusnya berada pada tahapan menuju aspek pengelolaan. Bukan semata-mata hanya soal kebersihan saja.

"Kalau kebersihan itu bagaimana kota dibersihkan kemudian selesai, tetapi persoalannya adalah pengelolaan yang kita fokuskan," tuturnya.

Baca Juga: Kabupaten/Kota Minta Tambahan Kuota, Sekda DIY Sebut Masalah Sampah Tak Rampung

Kebersihan akan menyusul dibicarakan ketika kondisi pengelolaan sudah mapan. Mulai dari metode yang tepat hingga hasil nyata terkait pengolahan sampah itu.

"Kalau senyatanya pengelolaan sampah itu masih membutuhkan waktu yang tepat untuk bisa selesai metode dan selesai volume ya. Maka tentu efeknya kebersihan ini belum maksimal. Jadi kita mau bicara kebersihan apapun kalau pengelolaan sampahnya ini belum selesai ya pasti tidak akan selesai," katanya.

Load More