SuaraJogja.id - Muhammadiyah lekat dengan nama Kyai Ahmad Dahlan. Padahal selain pendiri salah satu organisasi masyarakat (ormas) tertua di Indonesia tersebut, ada sosok-sosok lain yang tak kalah perannya dalam pergerakan Muhammadiyah.
Sebut saja Haji Fachrodin, yang merupakan salah satu jurnalis pertama yang lahir dari Muhammadiyah. Lahir pada 1890 dengan nama Muhammad Jazuli, Haji Fachrodin yang merupakan putera abdi dalem Keraton Yogyakarta, Haji Hasyim dari Kauman bahkan merintis penerbitan surat kabar Soewara Moehammadiyah pertama kali pada 1915.
"Ini menandakan tradisi literasi yang kuat di muhammadiyah sejak awal berdirinya," ujar Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Muhammadiyah, Muchlas MT disela Bedah Buku "Haji Fachrodin" dikutip Selasa (13/8/2024).
Menurut Muchlas, semangat literasi di Muhammadiyah telah mengalami tantangan berupa disrupsi teknologi saat ini. Meski demikian tradisi membaca, menulis, dan dokumentasi yang telah berlangsung ratusan tahun ini ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya tokoh-tokoh besar di baliknya seperti halnya Haji Fachrodin.
Kiprah Haji Fachrodin tak berhenti di Muhammadiyah. Mengikuti gerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia melawan kolonial Belanda, beliau bahkan dianugerahi sebagai Pahlawan Nasional pada 1964.
Untuk mengabadikan kiprah dan perjuangan, MPI Muhammadiyah menggagas penyusunan buku biografi Haji Fachrodin. Buku ini diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi bagi para penggerak literasi, jurnalistik, serta aktivis-aktivis lainnya.
"Inspirasi dari Haji Fachrodin diharapkan dapat menumbuhkan semangat dalam diri setiap pembaca, yang kemudian diterjemahkan menjadi aksi-aksi nyata dalam kehidupan sehari-hari," sebutnya.
Sementara penulis buku "Haji Fachrodin", Roni Tabroni mengungkapkan meskipun lahir dari keluarga yang dekat dengan keraton, jiwa antifeodalnya sudah tumbuh sejak dini membuat Fachrodin memilih jalan hidup yang mandiri, belajar secara otodidak. Dia bahkan mengabdikan seluruh hidupnya untuk dakwah dan perjuangan.
"Pengorbanannya menjadi teladan bagi banyak orang, menunjukkan bahwa kesuksesan tidak hanya diukur dari kekayaan, tetapi juga dari seberapa besar kontribusi kita untuk masyarakat," ungkap dia.
Baca Juga: Belajar dari Gempa 2006, Keraton Yogyakarta Matangkan Mitigasi Bencana Libatkan Abdi Dalem
Melalui kisah hidup Haji Fachrodin, lanjutnya kita diingatkan setiap tulisan memiliki kekuatan untuk mengubah dunia. Bahkan setiap individu memiliki potensi untuk menjadi agen perubahan.
"Ini yang coba kami sampaikan lewat buku agar jadi inspirasi dan wawasan banyak orang, terutama dalam memahami peran penting pers dan literasi dalam pergerakan nasional," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
Pilihan
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Jurus Baru Menkeu Purbaya: Pindahkan Rp200 Triliun dari BI ke Bank, 'Paksa' Perbankan Genjot Kredit!
-
Sore: Istri dari Masa Depan Jadi Film Indonesia ke-27 yang Dikirim ke Oscar, Masuk Nominasi Gak Ya?
-
CELIOS Minta MUI Fatwakan Gaji Menteri Rangkap Jabatan: Halal, Haram, atau Syubhat?
-
Hipdut, Genre Baru yang Bikin Gen Z Ketagihan Dangdut
Terkini
-
Jogja Siaga Banjir, Peta Risiko Bencana Diperbarui, Daerah Ini Masuk Zona Merah
-
DANA Kaget untuk Warga Jogja: Buruan Klaim 'Amplop Digital' Ini!
-
Heboh Arca Agastya di Sleman: BPK Ungkap Fakta Mengejutkan Soal Situs Candi
-
Gus Ipul Jamin Hak Wali Asuh SR: Honor & Insentif Sesuai Kinerja
-
Rp300 Triliun Diselamatkan, Tapi PLTN Jadi Korban? Nasib Energi Nuklir Indonesia di Ujung Tanduk