SuaraJogja.id - Perpustakaan Muda Bhakti di Desa Ngablak, Srumbung, Kabupaten Magelang jadi percontohan program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS). Muda Bhakti bukan hanya menjadi perpustakaan tempat menyimpan literatur, namun juga wadah warga berkegiatan.
Salah satu warga Ngablak, Achmad Ridwan (39) merasakan betul manfaat perpustakaan desa untuk dirinya dan masyarakat. Berawal dari baca buku hingga nonton YouTube di perpustakaan, siapa sangka Ridwan bisa membuat produk minuman dari biji salak.
Diketahui 90 persen masyarakat Desa Ngablak berprofesi sebagai petani salak.
“Sebelumnya sempat jadi guru honorer hingga akhir 2013, akhirnya pindah haluan di perangkat desa,” kata Ridwan pada wartawan, Rabu (14/8/2024).
Pada tahun 2016, Ridwan mengaku diminta untuk membuat sebuah program di perpustakaan. Hal ini membuatnya memiliki ide untuk berinovasi membuat kopi dari biji salak.
“Kemudian kami berinovasi buat minuman dari produk biji salak yang jadi komoditas utama,” ujar Ridwan.
“Desa kami kan banyak olahan kayak dodol salak, salak nglumut. Lewat literasi dan internet di perpus kami berusaha bikin ini dari biji salak sebagai minuman mirip kopi hingga sering disebut kopi biji salak,” imbuhnya.
Ridwan menyebutkan biji salak didapatkan dari limbah produksi manisan salak. Hal ini membuat produknya minim modal produksi.
“Biaya terbesar cuma di pengolahan,” tutur Ridwan.
“Jadi pembuatannya sudah kayak kopi, dibersihkan, dijemur, di-roasting,” tambahnya.
Produk kopi biji salak dari Desa Ngablak itu sudah dipatenkan bahkan dijual di marketplace. Pihak Ridwan juga sudah mendapat tawaran bekerjasama dengan sebuah CV untuk pengemasan ulang
“Mulanya jual door to door setelah ada pelatihan dapat jual 100 sampai 150 per bungkus tiap bulan. Dengan pelatihan tersebut kami dipinang CV untuk kerjasama, dengan kami mengirimkan produk curah untuk di repackage CV Salak Food,” paparnya.
Menurut Ridwan, kopi biji salak juga bisa jadi alternatif minum kopi untuk para penderita hipertensi.
“Ini juga bisa jadi obat darah tinggi, makanya tagline kami adalah solusi ngopi bagi orang yang enggak boleh ngopi, orang darah tingginkan enggak boleh ngopi tapi pingin ngopi ya ini solusinya,” ungkap Ridwan.
Ridwan menyebut merk kopinya yang bernama Bukenza itu bakal mencoba pasar internasional dengan bantuan CV Salak Food.
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
- Ini 5 Shio Paling Beruntung di Bulan Oktober 2025, Kamu Termasuk?
- Rumah Tangga Deddy Corbuzier dan Sabrina Diisukan Retak, Dulu Pacaran Diam-Diam Tanpa Restu Orangtua
- 5 Promo Asus ROG Xbox Ally yang Tidak Boleh Dilewatkan Para Gamer
Pilihan
-
3 Rekomendasi HP 1 Jutaan Baterai Besar Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Menkeu Purbaya Pernah Minta Pertamina Bikin 7 Kilang Baru, Bukan Justru Dibakar
-
Dapur MBG di Agam Dihentikan Sementara, Buntut Puluhan Pelajar Diduga Keracunan Makanan!
-
Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
-
Harga Emas Antam Terpeleset Jatuh, Kini Dibanderol Rp 2.235.000 per Gram
Terkini
-
Aliansi Jogja Memanggil Bongkar Kekerasan Aparat, Tuntut Pembebasan Aktivis hingga Reformasi Polri
-
Saldo Gratis Hari Ini, Cek Link Aktif DANA Kaget di Sini
-
Harus Sediakan 1.000 Ton per Hari, Pengolahan Sampah jadi Energi Listrik di Jogja masih Dilematis
-
Profil Untoro Wiyadi: Dari Kepala BUKP Jadi Tersangka Korupsi Rp8 M, Terancam Penjara Seumur Hidup
-
Makan Bergizi Gratis Berujung Maut? Kontroversi Merebak, Program Prabowo di Ujung Tanduk