Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Ilham Baktora
Senin, 12 Agustus 2024 | 14:25 WIB
Sekretaris Utama Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Joko Santoso memukul gong sebagai pembukaan Knowledge Sharing Program on Library Transformation Based on Social Inclusion, di Hotel Royal Malioboro, Kota Jogja, Senin (12/8/2024). [Suarajogja.id/M Ilham Baktora]

SuaraJogja.id - Perpustakaan tak lagi harus menjadi tempat orang mencari literatur. Bahkan perpustakaan di daerah yang tersebar di Indonesia saat ini mulai bertransformasi untuk hadir dalam pengembangan potensi masyarakat yang lebih berkualitas.

Melalui program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) di bawah naungan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) sejumlah perpustakaan terutama di wilayah Yogyakarta dan Kabupaten Magelang sudah menelurkan transformasi tersebut.

Hal itu diungkapkan oleh Sekretaris Utama Perpusnas, Joko Santoso dalam pembukaan Knowledge Sharing Program on Library Transformation Based on Social Inclusion di Hotel Royal Malioboro, Kota Jogja, Senin (12/8/2024).

"Masyarakat berhak untuk mendapatkan Ilmu pengetahuan untuk meningkatkan literasi yang berkualitas, termasuk meningkatkan SDM untuk mengurangi kemiskinan. Maka program ini melalui Perpusnas berperan penting untuk masyarakat di wilayah-wilayah," ujar Joko.

Baca Juga: Kurangi Beban TPA Piyungan, Organikkan Jogja Ajak Warga Olah Sampah dari Rumah

TPBIS yang sudah berjalan sejak 2018 sendiri sudah mereplikasi lebih dari 5.000 perpustakaan yang tersebar di sejumlah desa yang ada di Indonesia. DIY terutama Gunungkidul dan Kabupaten Magelang termasuk daerah yang sudah bertransformasi.

Sejumlah peserta colombo plan dari berbagai negara mengikuti kegiatan Knowledge Sharing Program on Library Transformation Based on Social Inclusion, di Hotel Royal Malioboro, Kota Jogja, Senin (12/8/2024). [Suarajogja.id/M Ilham Baktora]

Perpustakaan sendiri menjadi gerakan sosial untuk pengembangan potensi masyarakat di mana terutama di Magelang mereka sudah mengembangkan potensi masyarakat sehingga menciptakan home industri.

"Di Kabupaten Magelang ada home industri tapi kreatif begitu yang bisa menciptakan kopi dari biji salak. Jadi ada petani [salak] yang mendermakan salaknya untuk pengembangan perpustakaan ini," ujar Joko.

TPBIS sendiri juga mengundang sejumlah peserta dari keanggotaan colombo plan yang terdiri dari berbagai negara mulai dari Laos, Sri Lanka, Vietnam, Myanman, Thailand, Filipina, Bangladesh.

Para peserta tersebut juga diajak untuk melihat langsung bagaimana program ini berkembang di perpustakaan-perpustakaan di desa.

Baca Juga: Heroe dan Singgih Tersingkir, Golkar DIY Usung Afnan Hadikusumo jadi Calon Wali Kota Jogja

"Kita ingin peserta colombo plan ini melihat langsung bagaimana perpustakaan di daerah ini terlibat ke masyarakat, dan juga sebagai ruang publik yang bisa bermanfaat terhadap yang dibutuhkan masyarakat. Teman-teman dari Asia Pasifik ini diharapkanbisa berinteraksi langsung dengan pengelola bagaimana mereka berkembang," kata dia.

Dalam kegiatan tersebut peserta colombo plan akan meninjau dua lokasi perpustakaan yang ada di Nglipar Gunungkidul dan Kabupaten Magelang pada Senin dan Rabu (12 dan 14/8/2024).

Terpisah, Kepala Biro Kerja Sama Teknik Luar Negeri Kementerian Sekretariat Negara, Noviyanti menjelaskan dihadirkannya peserta colombo plan dari sejumlah negara ini implementasi dari kerjasama selatan-selatan yang sebelumnya tercetus dari Konferensi Asia-Afrika.

Indonesia sebagai guide saat ini menunjukkan bagaimana TPBIS bisa direplikasi secara internasional oleh peserta yang hadir.

"Jadi bagaimana mereka mendapat inspirasi termasuk pengalaman-pengalaman di perpusnas, termasuk kepala daerah untuk membesarkan apa yang berpotensi di negara mereka," katanya.

Load More