SuaraJogja.id - Persaingan dunia pendidikan tinggi Indonesia kembali memanas. Kali ini, Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dituding merebut jatah mahasiswa dari Perguruan Tinggi Swasta (PTS) melalui kebijakan penerimaan mahasiswa baru yang dinilai tidak adil.
Sejumlah PTN membuka seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) Jalur Mandiri hingga 31 Oktober 2024. Padahal Tahun Ajaran Baru di PTS sudah dimulai pada September 2024 ini.
"PTN justru serakah mengambil kue [kuota] mahasiswa baru. Padahal seharusnya ada batasan, baik dari segi jadwal penerimaan maupun kuota yang ditetapkan," ujar Sekjen 2 Himpunan Lembaga Pendidikan Tinggi Pariwisata Indonesia (Hildiktipari), Amin Kiswantoro di Yogyakarta, Rabu (4/9/2024).
Menurut Amin perpanjangan periode pendaftaran hingga bulan Oktober 2024 di PTN disebut jauh melampaui batas waktu normal. Hal ini berdampak signifikan terhadap PTS yang umumnya memulai orientasi mahasiswa baru pada bulan September.
PTS yang biasanya bisa menerima limpahan mahasiswa yang tidak diterima PTN selain dari Jalur Mandiri pun akhirnya gigit jari. Selain perpanjangan waktu pendaftaran, PTN juga disebut telah membuka program studi (prodi) baru dan memperbesar kuota mahasiswa. Akibatnya, banyak PTS mengalami penurunan jumlah pendaftar karena calon mahasiswa memilih seleksi PTN alih-alih PTS.
"Masa orientasi mahasiswa kan harus di bulan September, maksimal. Kalau mereka [PTN] sampai Oktober, bagaimana nasib PTS?," tandasnya.
Hildiktipari, lanjut Amin sebenarnya sudah mengadakan audiensi dengan Kemendikbudristek untuk membahas masalah tersebut. Mereka berharap ada penyesuaian kebijakan terkait periode dan kuota penerimaan mahasiswa baru yang lebih adil bagi PTS.
Tanpa adanya intervensi kebijakan yang adil, dikhawatirkan persaingan tidak sehat tersebut akan terus berlanjut. Tidak hanya merugikan namun juga kualitas pendidikan tinggi Indonesia secara keseluruhan.
"Sementara menunggu respon pemerintah, beberapa PTS telah mulai mengembangkan strategi baru," ujarnya.
Baca Juga: Siap Bertarung Lagi, Sutrisna Wibawa - Sumanto Daftar ke KPU Gunungkidul di Hari Kedua
Sementara Ketua Stipram, Suhendroyono mengungkapkan, kampus pariwisata memang mengembangkan strategi untuk mendapatkan mahasiswa baru meski ditengah gempuran PTN.
"Kami akan membuka promosi ke segmen-segmen baru, terutama di provinsi-provinsi yang selama ini belum terjangkau," ungkapnya.
Dengan strategi yang dilakukan, kampus tersebut saat ini menerima sebanyak 520 mahasiswa baru yang berasal dari 31 provinsi di Indonesia. Dengan jumlah mahasiswa yang beragam, diharapkan akan tercipta atmosfer belajar yang kaya akan budaya dan perspektif yang berbeda-beda.
"Kami juga bekerjasama dengan industri perhotelan untuk dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih nyata bagi mahasiswa," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Link DANA Kaget Khusus Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cuan Rp 345 Ribu
- Owner Bake n Grind Terancam Penjara Hingga 5 Tahun Akibat Pasal Berlapis
- Beda Biaya Masuk Ponpes Al Khoziny dan Ponpes Tebuireng, Kualitas Bangunan Dinilai Jomplang
- 5 Link DANA Kaget Terbaru Bernilai Rp 434 Ribu, Klaim Sekarang Sebelum Kehabisan!
- Unggahan Putri Anne di Tengah Momen Pernikahan Amanda Manopo-Kenny Austin Curi Perhatian
Pilihan
-
Grand Mall Bekasi Tutup, Netizen Cerita Kenangan Lawas: dari Beli Mainan Sampai Main di Aladdin
-
Jay Idzes Ngeluh, Kok Bisa-bisanya Diajak Podcast Jelang Timnas Indonesia vs Irak?
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
-
10 HP dengan Kamera Terbaik Oktober 2025, Nomor Satu Bukan iPhone 17 Pro
-
Timnas Indonesia 57 Tahun Tanpa Kemenangan Lawan Irak, Saatnya Garuda Patahkan Kutukan?
Terkini
-
Taktik Jitu Anti Bokek: Jadikan Saldo DANA Kaget Rp249 Ribu Modal Nongkrong Akhir Pekan
-
Setelah Tragedi Sidoarjo, Ponpes di Bantul Jadi Sorotan! Kemenag Lakukan Ini
-
DANA Kaget Banjir Rejeki: Tips & Trik Jitu Klaim Saldo Gratis Hingga Jutaan Rupiah di Sini
-
Waspadai Kendal Tornado FC, PSS Sleman Janjikan Tampil Trengginas di Kandang
-
Efisiensi Anggaran "Memangkas" Kebudayaan? Komikus Yogyakarta Angkat Bicara Lewat Karya