SuaraJogja.id - Arkeolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Niken Wirasanti menilai tak ada urgensi dari rencana pemasangan chattra di Candi Borobudur. Menurutnya polemik berulang ini sudah seharusnya dihentikan.
"Saya berkali-kali mengatakan urgensinya apa. Kalau yang di lapangan sendiri saya melihat banyak yang tidak memahami mempertanyakan, ada apa sih, pentingnya memasang itu (chattra)," kata Niken kepada awak media, di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM, Kamis (12/9/2024).
Niken menuturkan bahwa rencana pemasangan yang mengacu pada insinyur Belanda, Theodore van Erp yang memimpin pemugaran Borobudur pada 1900-an itu disebut sudah tidak relevan lagi. Ia bilang sejak awal contoh dari van Erp itu memang salah.
Namun sayangnya sampai sekarang banyak pihak yang tidak melihat lebih jauh tentang sejarah pemasangan dari van Erp tersebut. Pemahaman yang tidak utuh itu membuat polemik ini terus saja berulang.
"Jangan menggunakan yang van Erp karena van Erp itu sudah jelas salah dan itu sekarang sudah dibongkar. Mereka tidak melihat sejarahnya seperti apa, van Erp itu memasang diturunkan, memasang alasannya apa, kemudian tiba-tiba diturunkan dia punya alasan. Itu tidak dipahami di luar, cuma 'oh dulu pernah dipasang', itu saja. Kita kemudian enggak tau," ungkapnya.
Dalih meningkatkan spiritual dalam pemasangan chattra itu, kata Niken tak sepenuhnya bisa diterima mentah-mentah. Apalagi menurutnya selama ini, Candi Borobudur sudah memiliki nilai spiritual yang tinggi tak hanya bagi umat Budha tapi masyarakat umum.
"Tanpa melihat latar belakang dan itu kan sudah luar biasa menurut saya, mau nambah seberapa, asumsi-asumsi yang dibangun ini tampaknya bagi kami belum lengkap gitu ya (kajian akademis)," tuturnya.
Pemugaran sendiri tetap ada prinsip yang harus dipatuhi dan dilaksanakan. Di antaranya tidak menambah, memugar seperti bentuk semula saat masa kejayaan dan lain-lain.
Kajian akademis dari berbagai disiplin ilmu pun harus dilakukan secara mendalam. Tidak hanya dari sisi arkeologi, tapi bisa merambah ke teknik sipil, geologi dan ilmu lainnya.
Baca Juga: Stasiun, Kantor Disdukcapil hingga Bekas Pabrik Gula di Sleman Diusulkan jadi Cagar Budaya
"Kalau mereka memang mau minat untuk masang chattra kita tinggal bertanya bentuknya seperti apa, gitu aja, karena yang itu kan jelas salah. Jangan mengacu van Erp," tandasnya.
Diketahui kini rencana pemasangan chattra di stupa induk Candi Borobudur ditunda. Penundaan tersebut menyusul hasil kajian teknis dan Detail Engineering Design (DED) yang disusun Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Rencana Pemasangan Chattra Borobudur
Diketahui belum lama ini pemerintah merencanakan untuk memasang batu cattra di Candi Borobudur. Rencana itu menuai penolakan dari sejumlah pihak termasuk para peneliti dan akademisi.
Chattra merupakan payung bertingkat tiga yang dulunya diduga pernah terpasang di puncak Borobudur. Chattra juga dipercaya sebagai pelindung sehingga ditempatkan di puncak stupa.
Dugaan ini mulanya datang dari seorang insinyur Belanda, Theodore van Erp yang memimpin pemugaran Borobudur pada 1900-an. Saat itu van Erp menemukan kepingan – kepingan batu yang jika direkonstruksi diduga kuat merupakan sebuah chattra.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Pembunuh Wanita di Gamping Ditangkap, Ditemukan di Kuburan usai Minum Racun Serangga
-
Dari Lurik Hitam hingga Tangga Imogiri: Kisah Para Penandu yang Jaga Tradisi Pemakaman Raja
-
Ramai Klaim Penerus Tahta, Adik Paku Buwono XIII Ungkap Syarat jadi Raja Keraton Surakarta
-
Kenangan Masa Muda yang Tak Terlupakan: Adik PB XIII Ungkap Kebiasaan Unik Sang Raja
-
Masyarakat Antusias, Adik Paku Buwono XIII Sampaikan Terima Kasih Mendalam: Penghormatan Terakhir Sang Raja