Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Senin, 30 September 2024 | 13:55 WIB
Kawasan Kotabaru bakal dikembangkan jadi wisata alternatif di luar komplek Malioboro. [harianjogja.com]

SuaraJogja.id - Hampir 70 persen Kota Yogyakarta merupakan Kawasan Cagar Budaya (KCB). Kondisi ini menjadi tantangan sekaligus potensi tersendiri dalam pemanfaatannya.

Selain upaya pelestarian, pemanfaatan untuk kepentingan budaya dan ekonomi masyarakat penting dilakukan. Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Yogyakarta, Aman Yuriadijaya menuturkan salah satu strategi dalam pengelolaan kawasan budaya adalah dengan melibatkan langsung peran masyarakat sebagai pelestari.

"Dari 32,8 kilometer persegi luas wilayah Kota Yogyakarta hampir mencapai 70 persen itu masuk dalam kawasan cagar budaya atau satuan ruang strategis," kata Aman, dikutip Senin (30/9/2024).

"Dari hal ini memunculkan potensi, daya saing dan juga tantangan, yang mana dalam pengembangan kawasan cagar budaya harus berada pada koridor konservasi menjaga aspek kelestariannya tapi juga mendatangkan dampak bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat," imbuhnya.

Baca Juga: Tragedi Kentungan, Akhir Tragis Brigjen Katamso dan Letkol Sugiyono di Tangan G30S PKI

Salah satu KCB yang berdaya ekonomi dan punya potensi untuk menambah daya saing ekonomi adalah Kotabaru. Kawasan Kotabaru dinilai menjadi paket komplit dengan nilai heritage, garden city, premium dan malam hari.

Sejalan dengan itu Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta Wahyu Hendratmoko mengungkap bahwa KCB Kotabaru saat ini menjadi mulai menjadi magnet penamnah variasi daya tarik pariwisata Kota Jogja. Sekaligus sebagai kawasan yang melengkapi dan menyangga kawasan Malioboro maupun Tugu.

"Pergerakan wisatawan di kawasan Kotabaru pada bulan Agustus mencapai 500 ribu orang, dengan rata-rata belanja wisatawan sebesar Rp 200 ribu," ungkap Wahyu.

"Ini menjadi satu fakta bahwa pengembangan Kawasan Kotabaru benar-benar berdampak pada peningkatan pariwisata dan ekonomi masyarakat," sambungnya.

Pengembangan KCB tidak lantas kemudian dilakukan dengan eksploitasi yang masif. Melainkan tetap harus melihat aspek pelestarian dan pengembangannya yang selaras.

Baca Juga: Moella, Monumen Unik di Jogja, Ingatkan Pengendara Akan Bahaya di Jalan

Sehingga tidak hanya dapat dinikmati pada masa sekarang saja melainkan masa yang akan datang. Kotabaru terus dipercantik untuk mengupayakan hal tersebut.

"Kami melihat bahwa DNA Kawasan Kotabaru adalah atraksi di sore hingga malam hari, dengan banyaknya fasilitas yang tersedia. Sehingga unsur what to see, what to eat dan what to buy dapat terjawab dan bisa terus menyedot perhatian wisawatan," ucapnya.

Berbagai atraksi dan event pun telah dilakukan di Kotabatu mulai dari Kotabaru Heritage Film Festival, Tour de Kotabaru, Kotabaru Ceria, Jogja Enjoy Music Asyik atau Jesica dan event lainnya.

Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Yetti Martanti menambahkan, pelestarian KCB merupakan sebuah investasi jangka panjang. Sehingga bagaimana kemudian kemanfaatannya secara kontekstual mampu menghidupkan dan menghidupi masyarakat.

"Mengaktivasi KCB melalui pendekatan budaya, sejarah maupun arsitektural bangunannya sudah diregulasi sedemikian rupa. Sehingga tentu saja ada batasan bagaimana KCB tida sebegitu massal pemanfaaannya, dengan catatan pengembangan dan pelestariannya harus dilakukan secara berkelanjutan," ujar Yetti.

Load More