SuaraJogja.id - Buruh di Yogyakarta kembali menuntut kenaikan Upah Minimum Propinsi (UMP) pada 2025 mendatang. Kenaikan yang mereka inginkan minimal 50 persen sesuai dengan survei Kebutuhan Hidup Layak (KHL) yang ada di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya.
Tuntutan ini disampaikan karena saat ini proses penetapan UMP tengah dibahas, baik di tingkat nasional maupun propinsi. Mengetahui hal ini, Pemda DIY pun memberikan responnya.
"Kalau tuntutan [kenaikan UMP 2025] saya kira suatu hal yang wajar saja. Cuma itu kan harus ditindaklanjuti dengan fakta di lapangan yakni kemampuan perusahaan. Namun kita menahan supaya tidak ada pekerja yang terdampak dari itu," papar Sekda DIY, Beny Suharsono di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Senin (07/10/2024).
Beny menyatakan, Pemda tidak bisa serta merta menaikkan UMP seperti tuntutan buruh. Ada banyak faktor yang harus dipikirkan seperti kemampuan daya beli pekerja maupun kemampuan perusahaan.
Dibutuhkan dialog dan kompromi dari banyak pihak untuk menetapkan UMP baru nanti. Karenanya Pemda DIY melibatkan akademisi untuk memberikan masukan secara langsung untuk melihat kebutuhan pekerja dan kemampuan perusahaan.
"Di satu sisi, kita ingin pekerja sejahtera. Di sisi lain, kita juga harus memperhatikan keberlangsungan usaha perusahaan. Untuk itu, diperlukan dialog intensif antara pengusaha dan pekerja agar tercapai kesepakatan yang saling menguntungkan. Hal itu sedang kami formulasikan sekarang," tandasnya.
Beny menambahkan, saat ini diakui daya beli masyarakat mengalami penutunan, khususnya di kalangan kelas menengah. Hal ini terjadi akibat kondisi perekonomian di semua wilayah yang belum optimal.
Untuk itu Gubernur DIY memberikan arahan yang kuat agar kesejahteraan pekerja menjadi prioritas. Namun, kembali Beny menegaskan peningkatan upah harus diimbangi dengan kemampuan perusahaan untuk membayar.
"Maka dialog yang dijalin antara banyak pihak akan jadi pertimbangan dalam penentuan upah. Justru kata kuncinya di UMK. Karena kebutuhannya berbeda dari sisi satu ke sisi lain. Kami dialog kan terus menerus yang difasilitasi Disnakertrans DIY," jelasnya.
Baca Juga: Bertemu Prabowo Subianto, Mas Marrel Emban Misi Khusus Hadapi Pilkada di DIY
Sebelumnya Koordinator MPBI DIY, Irsad Ade Irawan menyatakan, pihaknya tengah menyurvei angka KHL di setiap kabupaten kota di DIY. Namun dari survei-survei sebelumnya angka KHL di Jogja sebesar Rp 3 jutaan per bulan, maka pihaknya berharap nilai itu bisa jadi acuan.
"UMP naik sesuai KHL 2025 minimal 50 persen," ujarnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
-
Pelaku Dugaan Penipuan Acara Fun Bike dan Senam di Alun-alun Selatan Ternyata ASN di Kemenkumham DIY
-
Bukan Cuma Kemarau, Petani Gunungkidul Babak Belur Diserang Monyet, Panen Gagal Total?
-
Merapi Bergemuruh, 1.000 Lebih Gempa Guguran Terjadi dalam Sepekan
-
Ancam Ekosistem Perairan, DKP Tindak Tegas Penjual Ikan Predator di DIY
Terpopuler
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Sepatu Lokal Senyaman Skechers, Tanpa Tali untuk Jalan Kaki Lansia
- 9 Sepatu Puma yang Diskon di Sports Station, Harga Mulai Rp300 Ribuan
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- 5 Sepatu New Balance yang Diskon 50% di Foot Locker Sambut Akhir Tahun
Pilihan
-
In This Economy: Banyolan Gen Z Hadapi Anomali Biaya Hidup di Sepanjang 2025
-
Ramalan Menkeu Purbaya soal IHSG Tembus 9.000 di Akhir Tahun Gagal Total
-
Tor Monitor! Ini Daftar Saham IPO Paling Gacor di 2025
-
Daftar Saham IPO Paling Boncos di 2025
-
4 HP Snapdragon Paling Murah Terbaru 2025 Mulai Harga 2 Jutaan, Cocok untuk Daily Driver
Terkini
-
Bantul Siaga! Puncak Musim Hujan 2026 Ancam Bencana Cuaca Ekstrem
-
Berkinerja Positif, BRI Raih 10 Prestasi Terbaik di Sepanjang Tahun 2025
-
Waspada! Ini 3 Titik Kemacetan Paling Parah di Yogyakarta Saat Malam Tahun Baru
-
Lestarikan Warisan Budaya Jawa, Royal Ambarrukmo Yogyakarta Hadirkan Jampi Pawukon bagi Para Tamu
-
Jogja Jadi Tourist Darling, Pujian Bertebaran di Medsos hingga Kunjungan Destinasi Merata