SuaraJogja.id - Penyandang disabilitas seringkali terpinggirkan dalam banyak sisi kehidupan. Tak hanya soal kesempatan berdaya, hak mereka mendapatkan fasilitas yang memadai untuk mengakses pendidikan inklusi juga seringkali terlupakan.
Namun di tengah deretan keterbatasan, Ratinem berjuang keras agar puterinya, Syifa Nur Arrafah yang mengalami kendala pendengaran atau tunarungu bisa menjadi pelajar yang berdaya dan mandiri. Siswi SLB Negeri 1 Bantul ini bahkan meraih berbagai prestasi tingkat nasional di Olimpiade cabang olahraga (cabor) Tolak Peluru.
Padahal awalnya Ratinem mengaku sulit menerima puterinya tersebut memiliki kekurangan dalam pendengarannya. Terlebih dia juga mengalami kesulitan untuk memilih sekolah yang mau menerima kekurangan fisik Syifa.
"Awalnya kaget sekali dan down. Tapi kalau dituruti, tak baik untuk anaknya. Saya berpikir positif mendampingi Syifa. Saya arahkan sekolah agar pintar tapi ternyata dia suka olahraga. Tolak peluru, sprint dan lompat jauh," papar Ratinem dalam Seminar Tantangan Membangun Kebiasaan Berolahraga Pada Anak Penyandang Disabilitas Kemenpora di Yogyakarta, Selasa (15/10/2024).
Kerja keras Ratinem berbuah manis. Puterinya yang kini berusia 14 tahun menemukan kemampuan terbaiknya di tengah minimnya fasilitas pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Syifa menjadi atlet pelajar berbakat di bidang atletik khususnya sprint dan lompat jauh hingga ke level nasional.
"Ini menjadi hadiah dari Tuhan untuk saya, tentu masih terus belajar karena hidup berproses. Saya berusaha menjadi orangtua yang terbaik untuk anak saya," ungkapnya.
Sementara Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY Didik Wardaya mengungkapkan penyandang disabilitas memiliki kesempatan yang sama untuk berkarya di berbagai bidang termasuk di bidang olahraga. Disdikpora berupaya memenuhi kebutuhan sekolah inklusi meski masih diakui masih ada kekurangan.
"Difabel memiliki hak yang sama untuk bisa beraktivitas dalam berbagai hal termasuk olahraga. Siapa tahu dengan olahraga mereka menemukan hidupnya," paparnya.
Didik menambahkan, saat ini di DIY tercatat ada 79 SLB negeri dan swasta. Dari jumlah tersebut, ada sebanyak 5.600 ABK yang bersekolah.
Baca Juga: PHRI Sebut Dampak WJNC Kota Jogja Tak Merata
"Kalau yang di sekolah inklusi ada sekitar 2.300 siswa," jelasnya.
Asisten Deputi Olahraga Penyandang Disabilitas Kemenpora Ibnu Hasan mengatakan negara harus hadir untuk penyandang disabilitas. Salah satu wujudnya dengan adanya kesetaraan mendapat perlakuan dan kesempatan yang sama.
"Mindset masyarakat harus diubah dan kegiatan ini harapannya menjadi inspirasi secara luas. Kami berharap dengan seminar ini, masyarakat dengan disabilitas terbuka untuk mencoba berolahraga, menggeluti bidang ini," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Batik Malessa Mendapatkan Pendampingan dari BRI untuk Pembekalan Bisnis dan Siap Ekspor
-
Dukung Konektivitas Sumatra Barat, BRI Masuk Sindikasi Pembiayaan Flyover Sitinjau Lauik
-
Hidup dalam Bayang Kejang, Derita Panjang Penderita Epilepsi di Tengah Layanan Terbatas
-
Rayakan Tahun Baru di MORAZEN Yogyakarta, Jelajah Cita Rasa 4 Benua dalam Satu Malam
-
Derita Berubah Asa, Jembatan Kewek Ditutup Justru Jadi Berkah Ratusan Pedagang Menara Kopi