Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Sabtu, 26 Oktober 2024 | 22:05 WIB
Subiyanto salah satu petani di Kabupaten Sleman. (SuaraJogja.id/HO-Pemkab Sleman)

SuaraJogja.id - Kabupaten Sleman tampaknya belum akan kehabisan petani dalam beberapa waktu mendatang. Dibuktikan dengan munculnya para milenial yang terjun ke dunia pertanian.

Salah satunya Subiyanto (36) yang membuktikan bahwa menjadi petani bisa membawa keluarganya sejahtera. Bagaimana tidak, pasalnya semula Subiyanto hanya buruh pabrik dengan gaji rendah.

Namun semenjak memberanikan diri menjadi petani mulai tahun 2018 kehidupannya semakin mapan. Tak hanya mencukupi keluarga tapi juga membuka lapangan kerja.

"Ya bisa mencukupi kebutuhan keluarga dan memberi lapangan pekerjaan bagi orang-orang disekitar kami," kata Subiyanto dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (26/10/2024).

Baca Juga: Gemati, Solusi Cerdas Pemkab Sleman Atasi Deflasi Sayuran

Warga Dusun Tangkilan, Sidoarum, Godean ini menuturkan awal mula menjadi petani dari mengolah sawah mertua seluas 600 meter persegi. Usahanya terus berkembang dan kini Subiyanto bersama istrinya mengelola lahan garapan seluas 12.500 meter persegi yang ditanami cabai dan Mentimun Baby.

"Dulu sudah mencoba beberapa komoditas lain, tapi yang paling menguntungkan dan mudah pemasarannya itu ya cabai dan Timun Baby," ucapnya.

"Jaminan pasarnya ada, seberapapun hasil panennya bisa disetorkan ke pasar lelang. Jadi petani fokus memproduksi," imbuhnya.

Sebagaimana diketahui bahwa pasar lelang cabai dan sayuran dibentuk berdasarkan inisiasi dari Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman. Hal itu dikelola oleh Koperasi PPHPM (Perkumpulan Petani Hortikultura Puncak Merapi).

Terdapat 14 titik kumpul lelang cabai dan sayuran se-Kabupaten Sleman yang berpusat di Purwobinangun, Pakem.

Baca Juga: Pembebasan Lahan Tol Jogja-Solo Seksi 2 Hampir Tuntas, Sisakan Dua Bidang Tanah

"Meskipun jauh dari rumah, tapi saya tetap setor di pusat karena juga membutuhkan konsultasi teknologi budidaya pertanian," ujarnya.

Menurut Subiyanto, dengan tergabung dalam Koperasi PPHPM, selain memudahkan pemasaran hasil, pihaknya juga belajar mengoptimalkan hasil dengan inovasi-inovasi teknologi pertanian yang semakin maju.

Misalnya saja saat mengeluhkan sulitnya pasokan air untuk budidaya timun, dia dibimbing dan difasilitasi untuk menerapkan teknologi irigasi tetes untuk budidaya hortikultura.

"Kami mengikuti pelatihan, mendapat bantuan mulsa serta diberi instalasi irigasi tetes dari Dinas Pertanian Sleman melalui PPHPM," terangnya.

Subiyanto merasakan betul manfaat menerapkan irigasi tetes di lahan miliknya. Saat ini Subiyanto menanam Mentimun Baby dengan luas total 5.500 meter persegi dengan usia 10 hst.

Dengan keterbatasan alat, tanaman timun di lahan sawah yang menggunakan irigasi tetes baru 1200 meter persegi saja.

"Daya hidupnya lebih tinggi, karena airnya cukup. Selain itu lebih hemat tenaga kerja karena pupuk sudah dilarutkan," ujarnya.

Ditambahkan Subiyanto, tanaman timun di lahan konvensional atau tanpa teknologi irigasi tetes keadaannya memprihatinkan. Pasalnya banyak biji yang tidak tumbuh dan harus disulami.

Padahal ia sudah melakukan pemeliharaan secara optimal dengan melakukan penyiraman secara manual setiap pagi dan sore hari.

Plt Kepala Dinas Pertanian Sleman, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman Suparmono, menyatakan keyakinannya bahwa di masa yang akan datang, dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan pangan, petani merupakan profesi yang menjanjikan kesejahteraan.

Dia menegaskan Pemkab Sleman selalu berkomitmen untuk menumbuhkan petani milenial yang memiliki kemampuan teknologi dan adaptif. Terhadap tantangan pertanian seperti dampak perubahan iklim, alih fungsi lahan, menurunnya produktifitas, sulitnya pemasaran, sedikitnya tenaga kerja.

"Petani yang mau belajar dan menerapkan teknologi, akan bisa mengefisienkan biaya serta meraih keuntungan usaha," kata Suparmono.

Load More