SuaraJogja.id - Sidak Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq ke sejumlah depo dan TPA Piyungan di DIY pada Senin (18/11/2024) berbuntut panjang. Pemkot Yogyakarta yang kena tegur Hanif karena masih ditemukan tumpukan sampah di Depo Mandala Krida pun mendapatkan tanggapan dari Gubernur DIY, Sri Sultan HB X.
Bahkan Sultan sampai memanggil Penjabat (Pj) Walikota Yogyakarta, Sugeng Purwanto dan Sekda Kota Yogyakarta, Aman Yuriadijaya ke Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Selasa (19/11/2024). Sultan meminta Sugeng mengklarifikasi kekecewaan Hanif terhadap persoalan pengelolaan sampah di Kota Yogyakarta yang mencerminkan ketidakseriusan pemerintah dalam mengatasi masalah sampah.
"Tadi [Pj Walikota] sudah saya panggil. Itu kan tumpukan-tumpukan [sampah yang belum diangkut dari Mandala Krida, yang katanya waktu datang pagi kosong, tapi sore ditumpuk lagi," ujarnya, Selasa.
Sultan mengaku tidak nyaman dengan teguran Menteri LH yang hanya melihat kondisi tumpukan sampah saat belum diambil dari depo. Menurut Sultan, permasalahan di Depo Mandala Krida terjadi karena adanya sampah yang belum diangkut.
"Gak nyaman aja dengannya," tandas dia.
Klarifikasi yang dimaksud, lanjut Sultan bisa dilakukan Sugeng dengan mengirimkan surat resmi kepada Menteri LH untuk menjelaskan situasi yang sebenarnya. Bila memungkinkan, Sugeng diminta menemui Menteri Hanif secara langsung.
"Ya, kalau bisa ya datang [ke Jakarta]. Jelaskan sebetulnya posisinya untuk pengurusan sampah itu seperti apa. Mungkin beliau kan gak paham, tahunya cuma ada tumpukan saja," ungkapnya.
Sementara Sugeng menyatakan sidak yang dilakukan Menteri LH dilakukan tanpa pemberitahuan. Akibatnya Pemkot tidak memiliki kesempatan untuk menjelaskan langkah-langkah yang telah diambil dalam mengelola sampah di Kota Yogyakarta.
"Pak Menteri datang langsung ke lapangan secara mendadak. Kami tidak sempat memberikan penjelasan secara detail, baik terkait data real, peta jalan, maupun langkah-langkah yang sudah kami jalankan," jelasnya.
Baca Juga: Kerap Jadi Lokasi Syuting Film, DIY Bisa Raup Pendapatan hingga Rp30 Miliar
Karenanya Sugeng akan segera bersurat kepada Menteri LH untuk menyampaikan klarifikasi secara resmi. Dalam surat tersebut Pemkot menyampaikan data fakta lapangan dan peta jalan pengelolaan sampah, bahkan bila diperlukan Sugeng akan ke Jakarta.
Sugeng mengklaim, Pemkot sudah melakukan berbagai upaya untuk menangani masalah sampah. Saat ini, sekitar 170–180 ton sampah dari total 200 ton yang dihasilkan setiap hari sudah berhasil dikelola. Namun keterbatasan fasilitas pengolahan dan lahan menjadi kendala utama.
"Kami sudah bekerja sama dengan pihak swasta yang mampu mengolah sekitar 40 ton sampah per hari. Kami juga sedang mempersiapkan pemasangan insinerator baru di TPA Piyungan, yang diharapkan beroperasi pada akhir Desember, sehingga kapasitas pengelolaan bisa mencapai 200 ton per hari," imbuhnya.
Penanganan permasalahan sampah di Yogyakarta, termasuk di Kota Yogyakarta hingga saat ini dinilai tak maksimal. Bahkan Menteri Lingkungan Hidup (LH), Hanif Faisol Nurofiq mengkritik keras pengelolaan sampah Pemkot Yogyakarta karena masih banyak ditemukan tumpukan sampah di depo.
Tiga Cawalkot Punya Strategi Urus Sampah
Tiga calon wali kota (walkot) yang siap bertarung dalam pilwakot pada 27 November 2024 mendatang pun ambil suara terkait permasalah sampah tersebut.
Berita Terkait
Terpopuler
Pilihan
-
Profil Riccardo Calafiori, Bek Arsenal yang Bikin Manchester United Tak Berkutik di Old Trafford
-
Breaking News! Main Buruk di Laga Debut, Kevin Diks Cedera Lagi
-
Debut Brutal Joan Garcia: Kiper Baru Barcelona Langsung Berdarah-darah Lawan Mallorca
-
Debit Manis Shayne Pattynama, Buriram United Menang di Kandang Lamphun Warrior
-
PSIM Yogyakarta Nyaris Kalah, Jean-Paul van Gastel Ungkap Boroknya
Terkini
-
Remisi Kemerdekaan: 144 Napi Gunungkidul Dapat Angin Segar, 7 Langsung Bebas!
-
ITF Niten Digenjot, Mampukah Selamatkan Bantul dari Darurat Sampah?
-
Gagasan Sekolah Rakyat Prabowo Dikritik, Akademisi: Berisiko Ciptakan Kasta Pendidikan Baru
-
Peringatan 80 Tahun Indonesia Merdeka, Wajah Penindasan Muncul jadi Ancaman Bangsa
-
Wasiat Api Pangeran Diponegoro di Nadi Keturunannya: Refleksi 200 Tahun Perang Jawa