SuaraJogja.id - Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman masih mencatat serangan hama tikus sepanjang 2024. Total luasan lahan yang diserang tikus itu seluas 559 hektare.
"Serangan hama tikus di Kabupaten Sleman sampai dengan akhir tahun 2024 adalah seluas 559 hektare," kata Plt Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman, Suparmono, dalam keterangannya, Minggu (5/1/2025).
Disampaikan Suparmono, serangan hama tikus itu dibagi dalam beberapa kategori. Mulai dari tingkat serangan ringan (R) seluas 410 hektare, tingkat serangan sedang (S) seluas 81 hektare, dan tingkat serangan berat (B) seluas 42 hektare.
"Serta tingkat serangan puso (P) seluas 26 hektare sehingga jumlahnya (J) ada 559 hektare," imbuhnya.
Baca Juga: Belanja Wisatawan yang Berkunjung ke Sleman Berkisar Rp1,778 Juta, Paling Tinggi dari Australia
Tiga wilayah yang paling masif terkena serangan hama tikus itu yakni Minggir, Moyudan dan Godean. Masing-masing wilayah itu diserang hama seluas 183 hektare di Minggir, lalu di Moyudan seluas 154 hektare dan Godean seluas 142 hektare.
Suparmono bilang pihaknya tidak tinggal diam menghadapi serangan hama tikus tersebut. Berbagai upaya pengendalian yang dilakukan baik secara preventif maupun responsif dengan prinsip-prinsip PHT terus dilakukan selama tahun 2024.
"Hasilnya mampu mengendalikan 135 hektare dari total luas tambah serangan 559 hektare. Sehingga serangan riil hama tikus pada Tahun 2024 di Kabupaten Sleman terjadi seluas 424 hektare," tandasnya.
Kegiatan pengendalian hama tikus diprioritaskan pada awal tanam atau pengendalian dini. Hal itu untuk menurunkan populasi tikus serendah mungkin sebelum terjadi perkembangbiakan tikus yang cepat pada stadia generatif padi.
Pelaksanaan pengendalian dilakukan oleh petani secara bersama-sama berkelompok dan terkoordinasi secara luas hamparan. Beberapa langkah pengendalian yang sudah dilakukan oleh petugas pengendali OPT (POPT) beserta dengan petugas lapang lainnya.
Baca Juga: Produksi Sampah di Sleman Meningkat Saat Malam Tahun Baru, Lokasi Ini Jadi Penyumbang Terbanyak
Sejumlah gerakan itu mulai dari gropyokan massal atau berburu tikus oleh semua anggota kelompok tani. Gerakan ini dilakukan serentak pada saat sebelum tanam dengan melibatkan seluruh petani.
Berita Terkait
-
BRI Liga 1: Hadapi Dewa United FC, PSS Sleman Bawa Misi Selamatkan Diri
-
Suara.com Sempat Kena Serangan DDoS, Apa Itu dan Bagaimana Mengatasinya
-
Jemaah Haji RI Didominasi Lansia, Kemenkes Minta Waspada Risiko Serangan Jantung
-
Suara.com Dapat Serangan Siber, SAFEnet Ungkap Cara Kerja Serangan DDoS
-
Suara.com Diserang! Situs Sempat Tak Bisa Diakses
Terpopuler
- Advokat Hotma Sitompul Meninggal Dunia di RSCM
- Jay Idzes Ditunjuk Jadi Kapten ASEAN All Star vs Manchester United!
- Hotma Sitompul Wafat, Pengakuan Bams eks Samsons soal Skandal Ayah Sambung dan Mantan Istri Disorot
- Kejutan! Justin Hubner Masuk Daftar Susunan Pemain dan Starter Lawan Manchester United
- Sosok Pria di Ranjang Kamar Lisa Mariana Saat Hamil 2021 Disorot: Ayah Kandung Anak?
Pilihan
-
Aksi Kamisan di Semarang: Tuntut Peristiwa Kekerasan terhadap Jurnalis, Pecat Oknum Aparat!
-
Belum Lama Direvitalisasi, Alun-alun Selatan Keraton Solo Dipakai Buat Pasar Malam
-
IHSG Susah Gerak, Warga RI Tahan Belanja, Analis: Saya Khawatir!
-
Penurunan Fungsi Kognitif Akibat Kebiasaan Pakai AI: Kemajuan atau Ancaman?
-
'Di Udara' Efek Rumah Kaca: Seruan Perjuangan yang Tidak Akan Pernah Mati
Terkini
-
Rendang Hajatan Jadi Petaka di Klaten, Ahli Pangan UGM Bongkar Masalah Utama di Dapur Selamatan
-
Dari Perjalanan Dinas ke Upah Harian: Yogyakarta Ubah Prioritas Anggaran untuk Berdayakan Warga Miskin
-
PNS Sleman Disekap, Foto Terikat Dikirim ke Anak: Pelaku Minta Tebusan Puluhan Juta
-
Tendangan Maut Ibu Tiri: Balita di Sleman Alami Pembusukan Perut, Polisi Ungkap Motifnya yang Bikin Geram
-
Ribuan Umat Padati Gereja, Gegana DIY Turun Tangan Amankan Paskah di Jogja