Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Senin, 27 Januari 2025 | 07:56 WIB
Ilustrasi uang

SuaraJogja.id - Era teknologi digital hadir dengan berbagai kemudahannya termasuk soal urusan keuangan. Teknologi digital berupa penawaran layanan finansial seperti Pay Later hingga pinjaman online (pinjol) pun semakin masif.

Diperlukan kemampuan pengelolaan finansial yang bijak untuk menghadapi tantang itu, tidak terkecuali bagi generasi Z atau Gen Z. Pengamat Perbankan, Keuangan, dan Investasi, I Wayan Nuka Lantara menyebutkan Gen Z perlu mengelola keuangan secara benar.

Dimulai dari perencanaan keuangan dengan menentukan tujuan jangka pendek maupun jangka panjang. Menurutnya, dua hal penting yang perlu diatur adalah mengatur pemasukan dan pengeluaran.

"Kemampuan seseorang untuk dapat menyiapkan masa depan ditentukan dari kemampuannya untuk saving atau investasi," kata Dosen Prodi Manajemen FEB UGM, melalui keterangan tertulisnya dikutip, Senin (27/1/2025).

Baca Juga: Selain EWS, Ini Strategi Mitigasi Tanah Longsor dari Ahli Geologi UGM

Disampaikan Wayan, untuk mendapatkan saving yang positif untuk investasi maka perlu meningkatkan pendapatan dan menekan pengeluaran. Selain itu, diperlukan kedisiplinan untuk tidak terlalu konsumtif dengan belajar menyusun skala prioritas kebutuhan.

"Penting untuk memilah-milah mana yang kebutuhan dan mana yang hanya sekadar keinginan," tegasnya.

Fenomena yang saat ini sedang marak yakni Fear of Missing Out (FOMO), lanjut Wayan, semakin mendorong Gen Z untuk bertindak konsumtif. Kebiasaan ini biasanya lebih kepada pemenuhan keinginan daripada kebutuhan.

"Apabila dilakukan dengan penuh kesadaran, maka akan mendorong mereka menggunakan sumber eksternal seperti Pay Later, pinjaman online, bahkan judi online," ungkapnya.

Dia menambahkan bahwa pembagian jenis dana dan alokasinya juga penting dilakukan. Misalnya, dana untuk transaksi, investasi, dan dana darurat.

Baca Juga: Prabowo Subianto Dukung Batasi Anak Main Medsos, Pakar UGM Soroti Evaluasi Kebijakan dan Literasi Digital

"Alokasikan dana darurat berapa persen, investasi berapa persen, dan sisanya untuk konsumsi," imbuhnya.

Kemerdekaan finansial, Wayan bilang tidak bisa tercipta dalam waktu singkat. Diperlukan proses dari kebiasaan yang dibentuk secara konsisten baik soal menabung atau mengelola pemasukan serta pengeluaran.

Dia menjelaskan bahwa proses ini butuh kesabaran dan konsistensi agar setiap bulannya dapat menyisihkan uang. Tujuannya tentu bukan untuk menjadi miliyader atau triliuner, namun agar dapat menikmati proses mengatur keuangan dan belajar berinvestasi.

"Saat mereka lulus kuliah nantinya diharapkan bisa memiliki penghasilan stabil dan kemampuan investasi menjadi lebih meningkat. Ini bukan persoalan bisa menyisihkan berapa banyak tetapi harus belajar untuk melakukan investasi," tuturnya.

Pemahaman yang benar akan investasi juga menjadi elemen penting dalam mewujudkan kebebasan finansial. Wayan menyebutkan di era saat ini yang serba online, banyak kemudahan yang tersedia untuk berinvestasi di berbagai platform.

Wayan meminta Gen Z untuk tidak terjebak dalam tren investasi tanpa mempertimbangkan profil risiko pribadi. Ia pun membagikan tips aman berinvestasi.

"Untuk pemula saya sarankan reksadana karena kalian bisa melakukan investasi dengan modal sedikit. Jika mau upgrade, bisa belajar ke instrumen pasar modal misalnya saham atau obligasi bahkan crypto," unugkapnya.

Load More