SuaraJogja.id - Seruan #KaburAjaDulu masih menggema di sejumlah media sosial hingga sekarang. Hal ini muncul dari kesadaran anak-anak muda Indonesia yang merasa kondisi di negaranya semakin meresahkan.
Dosen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan dari Fisipol UGM, Hempri Suyatna menilai fenomena #KaburAjaDulu mencerminkan sikap kritis dan sindiran generasi muda. Terkhusu terhadap situasi sosial politik yang terjadi di tanah air saat ini.
Situasi di dalam negeri sekarang dianggap kurang menguntungkan. Selain itu negara dianggap tidak terlalu hadir di dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi rakyat.
“Dalam konteks pengetahuan, misalnya ada kekhawatiran bahwa efisiensi anggaran akan menyebabkan masa depan pendidikan terancam sehingga mendorong generasi muda untuk memilih ke luar negeri baik itu bekerja maupun menempuh studi," kata Hempri, Sabtu (22/1/2025).
Menurut Hempri, tagar ini bisa dilihat dari dua sisi yakni bisa menjadi peluang jika mereka yang pergi ke luar negeri dapat kembali ke Indonesia serta membagikan pengalaman selama studi. Kemudian mereka juga dapat bekerja di luar negeri guna mendukung pembangunan di tanah air.
"Saya kira diperlukan ekosistem dan dukungan yang menarik sehingga para diaspora yang di luar negeri dapat kembali ke Indonesia," tandasnya.
Sementara di sisi lain para genarasi muda yang kabur itu bisa menjadi ancaman jika para diaspora ini tidak kembali ke tanah air. Pasalnya, dia bilang bangsa ini tak dipungkiri masih kekurangan tenaga-tenaga terampil.
Kondisi itu yang kemudian selama ini telah memunculkan ketimpangan ekonomi antar negara maupun lambatnya akselerasi pembangunan di Indonesia.
"Ekosistem inovasi dan riset di Indonesia belum sepenuhnya baik. Baik dari insentif, gaji, dukungan regulasi, hak cipta dan sebagainya," ujarnya.
Hempri mengatakan hal itu dapat menyebabkan banyak ilmuwan muda yang menjadi kurang tertarik untuk mengembangkan karier di dalam negeri. Apalagi dukungan atas hilirisasi inovasi juga masih kurang sehingga banyak karya-karya yang tidak terimplementasikan dengan baik ke masyarakat.
Ditambahkan Hempri, untuk menghadapi tantangan brain drain ini harus ada dukungan penganggaran dari hilirisasi riset dan inovasi dan pembukaan lapangan kerja yang cukup bagi anak muda di tengah bonus demografi. Di samping adanya kebijakan pemberian insentif dan apresiasi terhadap inovasi-inovasi pada generasi muda.
“Dukungan atas hilirisasi inovasi baik dalam bentuk pasar maupun pemberian intellectual property,” pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kebijakan Gibran Ingin Terapkan Kurikulum AI Diskakmat Menteri Pendidikan
- Timur Tengah Membara, Arab Saudi dan Qatar Batal Jadi Tuan Rumah Kualifikasi Piala Dunia 2026?
- 6 Mobil Matic Bekas di Bawah Rp 40 Juta: Cocok untuk Pemula dan Ramah di Kantong
- 7 HP Murah Kamera Terbaik Mulai Rp 800 Ribu, Lebih Tinggi dari iPhone 16 Pro Max
- Pramono Ajak Anies Nobar Persija di JIS: Sekarang Tuan Rumahnya Saya, Bukan yang Bikin Nggak Nyaman
Pilihan
-
10 Mobil Keluarga di Bawah Rp100 Juta Selain Avanza-Xenia, Kabin Lega Ada Tahun Muda
-
8 Celana Dalam Wanita Terbaik, Nyaman dan Bagus Buat Emak-emak!
-
Bos Port FC Blak-blakan Usai Diundang Ikut Piala Presiden 2025
-
Korban Laporkan Kasus Pelecahan Seksual ke Polisi, Pelaku Diduga ASN Pemkot Solo
-
Prabowo di Singapura: Danantara Diminta "Jiplak" Kesuksesan Temasek!
Terkini
-
Jangan Sampai Ketinggalan, BSU Rp600 Ribu untuk Pekerja DIY, Ini Cara Pastikan Dapat
-
SPBU Letjen Suprapto Terbakar: Pertamina Buka Posko Aduan & Janjikan Ganti Rugi
-
Nekat Mendaki Merapi Saat Status Siaga, Pendaki TikTok Ini Diburu Balai TNGM
-
Nasib Pedagang Eks TKP ABA Terkatung-katung, Izin di Menara Kopi Tak Turun, Fasilitas Minim
-
Gelombang PHK Hantam Yogyakarta, Klaim JHT Tembus Rp398 Miliar