SuaraJogja.id - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi cuaca ekstrem di kawasan Yogyakarta masih berpotensi bisa terjadi hingga April mendatang. Hal itu bakal ditandai dengan hujan lebat disertai angin.
Kepala Stasiun Meteorologi BMKG Yogyakarta Warjono mengatakan cuaca ekstrem itu muncul saat peralihan musim dari musim penghujan ke musim kemarau.
"Hujan ekstrem itu justru sering muncul di saat-saat peralian dari musim hujan ke musim kemarau, masa peralian ini dari bulan Maret sampai bulan April. Jadi berpotensi sampai bulan April pun masih ada potensi terjadinya hujan ekstrem," kata Warjono, Rabu (12/3/2025).
Kendati demikian, Warjono bilang spot atau lokasi yang akan dilanda hujan pun tidak akan terlalu besar. Selain itu hujan juga bakal tak merata mengguyur wilayah Yogyakarta.
Baca Juga: Hujan Es Guyur Kota Jogja dan Sleman, Ukurannya Sebesar Batu Kerikil
"Biasanya memang spot-spotnya itu tidak terlalu besar, artinya hujan ini tidak merata seluruh Yogyakarta tapi hanya tertentu," ucapnya.
Masyarakat diminta tetap waspada terkait dengan potensi cuaca ekstrem tersebut. Mengingat hujan lebat itu juga bisa disertai angin kencang dan petir.
"Kemudian akan menjadikan awan yang mengumpul menjulang tinggi, kemudian terjadi hujan dan biasanya diikuti dengan hujan yang cukup lebat kemudian disertai angin dan biasanya juga diikuti dengan petir," ujar dia.
Cuaca ekstrem di Yogyakarta sendiri sudah melanda sejak beberapa waktu terakhir. Kekinian ada fenomena hujan es yang terjadi di wilayah Sleman, Bantul serta Kota Yogyakarta.
Hujan es itu dapat terjadi akibat awan cumulonimbus yang mencapai ketinggian hingga 15 kilometer. Kemudian dengan suhu puncak yang tercatat mencapai minus 7,2 derajat Celsius.
Baca Juga: Ujicoba Satu Arah Plengkung Gading Mulai Diberlakukan, Sejumlah Pengendara Motor Kecelik
Jika biasanya es yang terbentuk di ketinggian tersebut mencari, namun dalam fenomena hujan es ini tidak demikian. Es itu tidak sempat mencair karena kurangnya gesekan sebelum sampai di permukaan.
Hujan es juga dipicu adanya aliran udara turun yang kuat. Kondisi itu memengaruhi butiran es jatuh ke permukaan dengan minim hambatan.
Arah angin yang datang dari arah barat kemudian bertiup ke timur pun turut berperan dalam membawa awan hujan es tersebut ke sejumlah wilayah di Yogyakarta.
Apa itu Awan Cumulonimbus?
Untuk diketahui awan cumulonimbus adalah awan vertikal yang sangat besar dan padat, seringkali dikaitkan dengan cuaca ekstrem. Bayangkan tumpukan kapas raksasa yang menjulang tinggi ke langit. Mereka adalah "raja" dari segala jenis awan karena potensinya untuk menghasilkan petir, hujan deras, angin kencang, bahkan hujan es dan tornado.
Awan cumulonimbus bisa dilihat dari ciri-cirinya, berikut beberapa cara memastikan awan tersebut cumulonimbus atau bukan:
1. Ukuran Raksasa: awan ini bisa menjulang dari ketinggian rendah (sekitar 500 meter) hingga lebih dari 12 kilometer ke atas atmosfer.
2. Warna Gelap: bagian bawah awan biasanya berwarna abu-abu gelap atau kebiruan karena kandungan air yang sangat tinggi dan tebal.
3. Puncak seperti Landasan (Anvil): seringkali, bagian atas awan melebar membentuk struktur seperti landasan atau payung yang halus. Ini terjadi ketika awan mencapai lapisan atmosfer yang lebih stabil (tropopause) dan tidak bisa naik lebih tinggi lagi. Angin kencang di ketinggian ini kemudian menyebarkan bagian atas awan.
4. Tepi yang Kasar: tepi awan cumulonimbus biasanya terlihat bergerombol dan tidak rata, menandakan adanya aktivitas konveksi yang kuat (pergerakan udara naik dan turun).
5. Ditemani Cuaca Buruk: kehadiran awan ini hampir selalu mengindikasikan cuaca buruk seperti hujan lebat, petir, angin kencang, dan kadang-kadang hujan es.
Berita Terkait
-
Dompet Aman, Perut Kenyang: 7 Rekomendasi Bukber Hemat di Jogja
-
Hindari Kepadatan Mudik, Menhub ungkap Perpanjangan WFA Bagi ASN
-
Kebakaran Gerbong Kereta di Yogyakarta, Menhub Perintahkan Evaluasi Total KAI
-
Peringatan BMKG: Waspada Cuaca Ekstrem Periode Mudik Lebaran 2025, Ini Wilayahnya
-
Wamendagri Bima Ingatkan Kepala Daerah Lakukan Mitigasi, Menilik Sejumlah Wilayah Diprediksi Alami Cuaca Ekstrem
Terpopuler
- Sejak Dulu Dituntut ke Universitas, Kunjungan Gibran ke Kampus Jadi Sorotan: Malah Belum Buka
- Maharani Dituduh Rogoh Rp 10 Miliar Agar Nikita Mirzani Dipenjara, Bunda Corla Nangis
- Ditahan Atas Dugaan Pemerasan, Beredar Rekaman Suara Reza Gladys Sebut Mail Syahputra Tolak Transferan
- Kini Ngekos, Nunung Harus Bayar Cicilan Puluhan Juta Rupiah ke Bank
- Maharani Kemala Jawab Kabar Guyur Rp10 Miliar Biar Nikita Mirzani Ditahan: Kalian Pikir Gak Capek?
Pilihan
-
Dompet Aman, Perut Kenyang: 7 Rekomendasi Bukber Hemat di Jogja
-
Steve Saerang: Revolusi AI Setara Penemuan Mesin Uap!
-
Prediksi Nomor Punggung Pemain Timnas Indonesia: Emil Audero-Ole Romeny Saling Sikut?
-
Naturalisasi Emil Audero Cs Dapat Kritik Pedas, Erick Thohir Disebut Absurd
-
Cetak Sejarah, Yokohama Marinos Bangga Sandy Walsh Dipanggil ke Timnas Indonesia
Terkini
-
Hujan Es Terjang DIY, Awan Cumulonimbus Biang Keladinya? Ini Penjelasan BMKG
-
Heboh Intimidasi Akun Merapi Uncover? Kapolda DIY Beri Klarifikasi Tegas dan Ungkap Fakta Sebenarnya
-
Ramai Penundaan CASN, Guru Besar UGM Kritik Pedas Komunikasi Pemerintah yang Buruk
-
Seorang Remaja Dibacok di Gamping Sleman, Dua Orang Pelaku Pelajar Dicokok Polisi
-
Kecurangan MinyaKita jadi Sorotan, Konsumen di Gunungkidul Lebih Pilih Minyak Murah Meski 'Dibohongi' Kemasan