SuaraJogja.id - Sejumlah pedagang di pasar tradisional di Gunungkidul mengeluhkan penurunan omzet akibat sepinya pembeli. Bahkan, momentum bulan Ramadan yang biasanya meningkatkan penjualan pun tak memberikan perubahan signifikan dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.
Mereka berharap moment lebaran bakal bisa mendongkrak penjualan para pedagang. Cairnya Tunjangan Hari Raya (THR) dan juga gaji ke 13 para aparatur sipil negara (ASN) diharapkan juga mampu memberi mereka berkah.
Tukirah, seorang pedagang sembako, mengatakan bahwa pasar mulai sepi sejak awal 2025. Meskipun penurunan omzet sudah terasa sejak 2023 dan 2024, kondisinya saat ini jauh lebih parah. Ia bingung dengan kondisi ini karena dilihat dari sisi harga, justru ada beberapa barang yang lebih murah.
Dia menyebut sebelumnya, ia bisa meraup omzet sekitar Rp2,5 juta per hari, tetapi kini mendapatkan Rp1,5 juta saja sudah dianggap beruntung. Kondisi yang sama juga dirasakan teman-temannya di pasar Argosari Wonosari.
Baca Juga: Prioritaskan Rakyat, Bupati Gunungkidul Pilih Alihkan Anggaran Mobil Dinas dan Seragam ASN untuk Ini
“Kondisinya memprihatinkan, beberapa pedagang bahkan memilih untuk berhenti berdagang karena pasar semakin sepi,” ujar Tukirah, Sabtu (15/3/2025).
Hal yang sama dirasakan oleh Deni Astuti, pedagang lainnya. Ia menyebut omzetnya kini hanya sekitar 70 persen dibandingkan tahun lalu. Akibatnya perputaran barang dagangannya lebih lambat dari tahun-tahun sebelumnya.
"Sepi, uang juga makin jarang beredar. Semua pedagang merasakan dampaknya," ungkapnya.
Sementara itu, Apha, pedagang di Pasar Semanu, mengatakan bahwa kondisi pasar sempat membaik pasca-pandemi COVID-19. Namun, saat ini justru lebih sepi dibandingkan sebelum pandemi.
"Dulu sempat ada harapan setelah COVID-19, tapi sekarang malah lebih sepi. Pembeli berkurang drastis, jadi tidak bisa ambil untung banyak," keluhnya.
Baca Juga: Pendidikan Gratis di SMPN 1 Paliyan Tercoreng: Komite Sekolah Diduga Lakukan Pungutan Liar
Banyak pedagang yang kini mempertimbangkan untuk menutup lapak mereka jika kondisi terus memburuk. Mereka berharap ada kebijakan atau solusi yang bisa membantu menghidupkan kembali pasar tradisional agar roda perekonomian bisa kembali berjalan dengan baik.
- 1
- 2
Berita Terkait
-
Dunia Pendakian Kehilangan Mbok Yem: Ini 5 Menu Andalan Warung Legendaris di Puncak Lawu
-
Pedagang Buah Keliling di Cikarang Ini Ternyata Spesialis Maling Motor, Pak RT Jadi Korbannya
-
Jualan Bakso dengan Gerobak? Sorry, di Kalimantan Sudah Pakai Avanza!
-
Libatkan Istri jadi Tukang Palak, Preman Pemeras Tukang Sayur di Bekasi Ternyata Budak Narkoba
-
Menjelajahi Desa Wisata Nglanggeran: Desa Wisata Terbaik Dunia
Terpopuler
- 3 Klub BRI Liga 1 yang Bisa Jadi Pelabuhan Baru Ciro Alves pada Musim Depan
- Terlanjur Gagal Bayar Pinjol Jangan Panik, Ini Cara Mengatasinya
- Mayjen Purn Komaruddin Simanjuntak Tegaskan Sikap PPAD
- 7 HP Android dengan Kamera Setara iPhone 16 Pro Max, Harga Mulai Rp 2 Jutaan Saja
- Pascal Struijk Bongkar Duet Impian, Bukan dengan Jay Idzes atau Mees Hilgers
Pilihan
-
Jelang Kongres Tahunan, Erick Thohir Bocorkan Masa Depannya di PSSI
-
4 Rekomendasi HP Samsung Rp 3 Jutaan Terbaik April 2025, RAM Besar dan Kamera Ciamik
-
Bak Lelucon, Eliano Reijnders Tertawa Jawab Rumor Bakal Pindah Liga Malaysia
-
Wahana Permainan di Pasar Malam Alkid Keraton Solo Ambruk, Ini Penjelasan EO
-
Nasib Muhammad Ferarri dan Asnawi Mangkualam Lawan MU Masih Abu-Abu, PSSI Angkat Bicara
Terkini
-
Ramai TNI Masuk Kampus di Semarang, Dosen UIN Jogja: Kebebasan Akademik Terancam
-
Gunungkidul 'Sentil' UNY: Lahan Hibah, Mana Kontribusi Nyata untuk Masyarakat?
-
Kemarau 2025 Lebih Singkat dari Tahun Lalu? Ini Prediksi BMKG dan Dampaknya
-
Terjadi Lagi, Pria Berjaket Coklat Edarkan Uang Palsu, Toko Kelontong Jadi Korban
-
Polda Selidiki Kasus Tanah Mbah Tupon, BPN DIY Blokir Sertifikat IF