SuaraJogja.id - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi kemarau tahun ini akan berlangsung lebih singkat untuk beberapa wilayah di Indonesia.
Selain itu kedatangan musim kemarau pun bakal lebih cepat.
Diperkirakan musim kemarau sudah melanda wilayah di Indonesia pada bulan April dan Mei. Sedangkan puncak kemarau terjadi dari Juni hingga Juli.
Pakar Klimatologi dari Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM), Emilya Nurjani, mengatakan ada faktor-faktor yang menyebabkan durasi musim kemarau berbeda.
Salah satunya disebabkan adanya angin musim yang kerap diketahui sebagai muson atau monsoon.
Muson ini yang menjadi penentu musim di Indonesia adalah muson Asia atau Muson Timur dan Muson Barat atau Muson Australia. Disampaikan Emilya, muson Asia menjadi penentu akan datangnya penghujan.
Sedangkan untuk kemunculan muson Australia menjadi penentu masuknya musim kemarau. Kendati demikian, kedatangan masing-masing muson ini di setiap wilayah tidak terjadi dalam waktu bersamaan.
"Kadang-kadang tidak selalu bersamaan. Biasanya jika datang kita bisa mulai menentukan kapan musim itu mulainya musim hujan maupun musim kemarau," ucapnya, dikutip Selasa (29/4/2025).
Selain dari muson, Emilya bilang, fenomena iklim lain bisa mempengaruhi musim di Indonesia. Misalnya el Nino dan la Nina, Indian Ocean Dipole (IOD) siklon tropis, osilasi, dan The Quasi-biennial Oscillation (QBO).
Baca Juga: AS 'Gertak' Soal QRIS, Dosen UGM: Jangan Sampai Indonesia Jadi "Yes Man"
Dia memaparkan untuk tahun ini kemungkinan besar tidak ada pengaruh fenomena-fenomena itu terhadap hujan yang turun di Indonesia.
Soal kedatangan musim kemarau, Emilya menyebutkan durasinya bisa beragam, bahkan ada yang mencapai 24 dasarian atau 8 bulan. Menurut perkiraan Emilya, sebenarnya durasi kemarau tahun ini sama dengan tahun-tahun sebelumnya.
Para petani diminta dapat menyiapkan lebih baik dengan kondisi yang ada itu. Termasuk dalam memilih tanaman-tanaman yang bakal ditanam nanti.
Ia menyarankan agar masyarakat di daerah-daerah dengan waktu kemarau panjang bisa untuk menyesuaikan jenis-jenis tanaman pertanian yang akan ditanam.
Seperti memilih tanaman yang kebutuhan airnya lebih sedikit, dan masa tanamannya lebih pendek. Lalu, para petani juga bisa melakukan pengelolaan pola buka pintu waduk jika ada irigasi atau pengairan.
"Untuk kebutuhan air, kolam retensi pun bisa menjadi opsi, meskipun memang kolam ini pengisiannya dilakukan saat musim penghujan," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Sleman Ukir Sejarah, Quattrick Juara Umum Porda DIY, Bonus Atlet Dipastikan Naik
-
WNA Yordania Jadi Tersangka di Yogyakarta: Izin Investasi Fiktif Terbongkar
-
Strategi Jitu Sekda DIY Atasi Kemiskinan: Libatkan Asisten Hingga Mandiri Fiskal
-
Saldo DANA Kaget Langsung Cair? Ini Tiga Link Aktif yang Bisa Bikin Dompet Digitalmu Gendut
-
Tragis! Ratusan Siswa Keracunan Makan Bergizi Gratis, JCW Soroti Pengawasan Bobrok