Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Selasa, 18 Maret 2025 | 20:15 WIB
Sejumlah pekerja membuat sampah ke tumpukan lokasi penampungan sampah. (Pixabay)

Krisis persampahan di Kota Yogyakarta semakin memprihatinkan seiring dengan keterbatasan daya tampung Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan di Bantul.

Kondisi ini menyebabkan penumpukan sampah yang semakin parah di berbagai depo, bahkan hingga ke ruas-ruas jalan utama.

Dalam beberapa bulan terakhir, warga Jogja menghadapi pemandangan yang kurang sedap akibat tumpukan sampah yang menggunung di berbagai titik kota.

Beberapa depo sampah bahkan terpaksa ditutup sementara karena sudah tidak mampu lagi menampung limbah rumah tangga yang terus berdatangan.

Baca Juga: Berdayakan Warga Kota Jogja, Ribuan Penggerobak Disiapkan Angkut Sampah dari Rumah

Kondisi di TPST Piyungan sendiri kian mengkhawatirkan.

Ilustrasi tumpukan sampah: Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo tak menampik ada potensi penambahan produksi sampah di kota gudeg selama libur Lebaran mendatang. Kenaikan itu diprediksi bisa mencapai lebih kurang 20 persen dari jumlah produksi harian. (Pixabay)

Kapasitasnya yang sudah melebihi batas optimal membuat pengelolaan sampah menjadi semakin sulit.

Meski pemerintah telah mengupayakan berbagai solusi seperti program pengurangan sampah dari sumber dan pengolahan berbasis teknologi, realitas di lapangan menunjukkan bahwa permasalahan ini masih jauh dari terselesaikan.

Krisis ini bukan hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga kesehatan masyarakat. Di mana penyakit bisa muncul di lokasi yang kotor.

Bau menyengat dari tumpukan sampah yang membusuk berpotensi menimbulkan gangguan pernapasan, sementara air lindi yang merembes tanpa pengelolaan memadai bisa mencemari tanah dan air.

Baca Juga: Hasto Pastikan Pelayanan Tetap Optimal Meski ASN Pemkot Yogyakarta Diberlakukan WFA

Masyarakat dan pemerintah kini dituntut untuk berkolaborasi lebih aktif dalam mencari solusi jangka panjang.

Load More