Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Rabu, 26 Maret 2025 | 20:15 WIB
Aktivitas jual beli di Pasar Senen, Jakarta, Kamis (6/8/2020). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

Yudistira juga mengingatkan masyarakat untuk mempersiapkan diri menghadapi kebutuhan lain di masa mendatang. 

"Selain lebaran besok, masih ada tahun ajaran baru dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Bertahanlah dengan pekerjaan dan bisnis yang ada dulu sekarang," pungkasnya.

Daya Beli Melemah Picu Pengangguran

Sementara itu menurut Guru Besar Ilmu Manajemen Universitas Muhammadiyah Surakarta, Anton Agus Setyawan, menyebut tekanan atas melemahnya daya beli terhadap sektor manufaktur berkontribusi terhadap meningkatnya angka pengangguran.

Baca Juga: Lebaran di Jogja Tak Seindah Dulu? Penurunan Reservasi Hotel Bikin PHRI Angkat Bicara

"Di awal 2025 ini hampir 1400 pekerja informal kehilangan pekerjaan akibat penurunan di sektor manufaktur. Ini memengaruhi pendapatan rumah tangga hingga akhirnya daya beli menurun," jelasnya seperti dilansir dari laman UMS.

Ia menyebut menurunnya pengeluaran masyarakat juga memukul sektor perdagangan dan jasa. Ini kemudian diperparah ketidakpastian ekonomi global pascapandemi Covid-19 yang memicu krisis ekonomi, energi hingga ketegangan geopolitik.

Anton menilai langkah pemerintah memberi potongan tarif listrik hingga subsidi tol selama libur lebaran urung cukup mengatasi permasalahan struktural dalam perekonomian.

Ia menyarankan pemerintah sebaiknya memberi hibah kepada usaha mikro kecil dan menengah termasuk juga insetif bagi industri manufaktur. Hal ini diyakini membantu menstabilkan perekonomian dalam jangka pendek.

Baca Juga: Sambut 4 Juta Pemudik Pengguna KA, Begini Persiapan Daop 6 Yogyakarta Antisipasi Kawasan Rawan

Load More