Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Ilham Baktora
Jum'at, 28 Maret 2025 | 15:33 WIB
Pedagang sayuran di Pasar Beringharjo, Kota Yogyakarta mengeluhkan sepinya pembeli jelang Lebaran, Jumat (28/3/2025). [Kontributor/Putu]

Padahal pada lebaran 2024 lalu, lapaknya mulai ramai pembeli sejak Ramadan hari ke-21.

Karenanya pedagang ini tidak berani membawa stok bahan baku yang berlebihan Lebaran ini.

Selain harga sayuran yang fluktuatif, jumlah pembeli pun berkurang banyak.

"Yang naik harganya cuma cabai rawit yang sampai Rp100 ribu per kg, lainnya ada kenaikan [harga] tapi tidak banyak. Karena sepi, kami tidak berani numpuk stok, takut tidak laku, apalagi sayuran cepet busuk," jelasnya.

Baca Juga: Lebih dari 5.000 Karyawan Terancam PHK, PHRI DIY Tuntut Relaksasi Pajak

Hal senada disampaikan pedagang lainnya, Ida yang mengaku naiknya harga sayuran menjelang Lebaran ini membuat jumlah pembeli berkurang.

Baru sekitar 3 hari terakhir ada pembeli yang datang membeli.

"Ya turun lumayan, lebih dari 30 persen. Padahal tahun lalu, H+10 ramadan sudah ramai [pembeli] sampai lebaran, padahal harganya justru lebih tinggi tahun lalu dibandingkan sekarang, tapi daya beli masyarakat justru berkurang sekarang ini," tandasnya.

Sepinya pembeli menjelang Lebaran ini, lanjut Ida laiknya kondisi saat pandemi Covid-19 beberapa tahun silam. Akhirnya Ida tidak mau kulakan banyak karena takut tidak laku.

"Kami ambil stok dari Muntilan dan Magelang, apalagi saat ini kan curah hujan tinggi, makin parah harga tinggi tapi pembeli berkurang," jelasnya.

Baca Juga: Lebaran 2025: Jogja Kehilangan Tradisi Open House Bersama Sultan HB X, Ini Penyebabnya

Sebelumnya Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) DIY, Deddy Pranowo mengungkapan kebijakan efisiensi anggaran pemerintah berdampak signifikan pada okupansi hotel di DIY.

Load More