SuaraJogja.id - Langit Yogyakarta terlihat sendu sore itu, seolah tampak ikut berkabung atas kepergian seorang tokoh besar yang selama ini menjadi panutan jutaan umat Katolik di seluruh dunia.
Satu persatu kaki warga jemaat melangkah memasuki lingkungan Gereja Santo Antonius Padua, Kotabaru, Yogyakarta. Perlahan memasuki ruang ibadat.
Tak banyak kata-kata, hanya keheningan dan wajah-wajah yang menyimpan rasa kehilangan.
Memang hari ini merupakan jadwal misa harian. Namun tak sedikit dari mereka yang datang hanya sekadar untuk mengikuti misa harian.
Lebih dari itu, para jemaat membawa serta doa-doa untuk Bapa Suci yang baru saja wafat: Paus Fransiskus.
Sonratho Marola, seorang umat paroki yang sudah lama tinggal di Jogja, yang baru datang tampak tenang.
Suaranya bergetar saat mengenang lirih ketika ditanya mengenai pemimpin Gereja Katolik itu.
"Kepergian Paus Fransiskus ini mengejutkan kita dan bukan kita juga umat Katolik, tapi saya rasa seluruh dunia turut berduka cita dengan kepergian beliau," ucap Sonratho, Senin (21/4/2025).
Ia terdiam sejenak ketika mengingat kembali sosok sang Bapa Suci Paus Fransiskus. Seruan kemanusiaan memberikan pesan tersendiri bagi dia.
Baca Juga: Kisah Udin Si Tukang Cukur di Bawah Beringin Alun-Alun Utara: Rezeki Tak Pernah Salah Alamat
Sonratho turut mengenang kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia pada awal September 2024 lalu.
"Kita tahu seruan-seruan kemanusiaan yang dia serukan, terakhir tentang Gaza, itu sangat berarti bagi perdamaian dunia. Dan kita tentu masih ingat kunjungan beliau ketika tahun lalu ke Indonesia, memberikan harapan besar kepada kita, khususnya umat Katolik dan masyarakat Indonesia," tuturnya.
Bagi Sonratho, Paus Fransiskus bukan sekadar pemimpin rohani. Ia adalah simbol harapan dan kasih. Terutama dalam dunia yang sering kali dilanda ketegangan dan ketidakadilan akhir-akhir ini.
"Sekali lagi, bukan umat Katolik saja yang kehilangan beliau, tapi saya rasa seluruh rakyat dunia merasa kehilangan beliau. Sebagai sosok pemimpin dunia yang patut kita contoh dan kita teladani cara hidup beliau," ungkapnya.
Sonratho juga mengenang masa-masa sakit Paus Fransiskus sebagai momen penuh mukjizat. Bagaimana tidak, pada hari-hari terakhirnya, Paus Fransiskus nyatanya masih bisa merayakan Paskah bersama umat Katolik.
"Satu hal yang kita lihat, mukjizat yang beliau alami dan mukjizat bagi kami umat Katolik, waktu sakit sudah tidak ada harapan beliau sembuh, tapi luar biasa dengan doa-doa umat Katolik seluruh dunia membuat beliau mendapatkan mukjizat dan beliau bisa bangkit dari sakit," tandasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Mahfud MD: Biarkan Prabowo Olah Komite Reformasi Polri, KPK Lebih Baik Panggil Orang Ini Soal Whoosh
-
Terungkap di Depan Tokoh Nasional, Sultan HB X Sentil Etika Pejabat dan Masa Depan Demokrasi
-
3 Link DANA Kaget Hari Ini, Anti Gagal Klaim Saldo Gratis untuk Warga Jogja
-
Kantor Kemenkumham DIY Mau Dibangun di Mana? Paku Alam X Beri Bocoran Lokasinya
-
Mengulik Festival Angkringan Yogyakarta 2025, Dorong Transformasi Digital Pasar dan UMKM Lokal