Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Senin, 21 April 2025 | 18:52 WIB
Suasana misa harian sekaligus mendoakan Paus Fransiskus di Gereja Santo Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta, Senin (21/4/2025). [Hiskia/Suarajogja.id]

"Kita tahu seruan-seruan kemanusiaan yang dia serukan, terakhir tentang Gaza, itu sangat berarti bagi perdamaian dunia. Dan kita tentu masih ingat kunjungan beliau ketika tahun lalu ke Indonesia, memberikan harapan besar kepada kita, khususnya umat Katolik dan masyarakat Indonesia," tuturnya.

Bagi Sonratho, Paus Fransiskus bukan sekadar pemimpin rohani. Ia adalah simbol harapan dan kasih. Terutama dalam dunia yang sering kali dilanda ketegangan dan ketidakadilan akhir-akhir ini.

Paus Fransiskus saat masih aktif berkegiatan. (Twitter)

"Sekali lagi, bukan umat Katolik saja yang kehilangan beliau, tapi saya rasa seluruh rakyat dunia merasa kehilangan beliau. Sebagai sosok pemimpin dunia yang patut kita contoh dan kita teladani cara hidup beliau," ungkapnya.

Sonratho juga mengenang masa-masa sakit Paus Fransiskus sebagai momen penuh mukjizat. Bagaimana tidak, pada hari-hari terakhirnya, Paus Fransiskus nyatanya masih bisa merayakan Paskah bersama umat Katolik.

Baca Juga: Kisah Udin Si Tukang Cukur di Bawah Beringin Alun-Alun Utara: Rezeki Tak Pernah Salah Alamat

"Satu hal yang kita lihat, mukjizat yang beliau alami dan mukjizat bagi kami umat Katolik, waktu sakit sudah tidak ada harapan beliau sembuh, tapi luar biasa dengan doa-doa umat Katolik seluruh dunia membuat beliau mendapatkan mukjizat dan beliau bisa bangkit dari sakit," tandasnya.

Ia bersyukur bahwa sang paus masih sempat merayakan Paskah terakhir bersama umat Katolik. Momen itu kini terasa seperti hadiah terakhir sebelum akhirnya sang Bapa Suci berpulang.

"Kita juga mengucap syukur karena beliau masih bisa merayakan Paskah terakhir bersama kami umat Katolik," tandasnya.

Sosok Paus Fransiskus memang dikenal dengan kerendahan hati dan suara lantangnya menyerukan perdamaian. Hal itu diakui pula oleh seorang jemaat lain, Ardi (33).

Bagi Ardi, pesan pada momen Paskah terakhir kemarin terasa seperti salam perpisahan. Ada kesan mendalam yang tertinggal, apalagi mengetahui bahwa Paus sempat sakit beberapa waktu sebelumnya.

Baca Juga: Dari Perjalanan Dinas ke Upah Harian: Yogyakarta Ubah Prioritas Anggaran untuk Berdayakan Warga Miskin

"Jadi seperti kemarin itu pesan Paskah, seperti pamitan yang sangat berkesan, karena kan apalagi sempat 15 hari sebelumnya sempat sakit karena paru-paru itu. Jadi benar-benar enggak nyangka," ucap Ardi.

Load More