Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Ilham Baktora
Senin, 05 Mei 2025 | 20:34 WIB
Para siswa SMP Gotong Royong, Kota Yogyakarta mengikuti ASPD hari pertama di sekolah, Senin (5/5/2025). [Kontributor/Putu]

SuaraJogja.id - Wajah Supriyanto sumringah, meski perjalannya cukup jauh dari Janten, Ngestiharjo, Bantul, Supri memasuki satu-satunya kelas IX di SMP Gotong Royong, Kota Yogyakarta, Senin (5/5/2025) dengan mantap sekitar pukul 09.30 WIB.

Dia bersiap diri mengikuti Asesmen Standarisasi Pendidikan Daerah (ASPD) hari pertama.

Meski ikut tes untuk mengukur kemampuan akademik siswa tingkat akhir hanya bersama tiga siswa lainnya, Supri justru tampak bahagia.

Bilamana tidak, dia dan tiga temannya tersebut akhirnya bisa mengikuti ujian di sekolah sendiri secara mandiri meski ditengah keterbatasan berbagai fasilitas dan sarana pendidikan yang dimiliki sekolah dengan total 13 siswa SMP dengan tiga kelas sederhana.

Baca Juga: Sengketa Tanah Mbah Tupon Viral, Polda DIY Periksa Tiga Saksi

Padahal saat tryout ASPD, mereka harus bergabung ke sekolah lain karena jumlah siswanya tak memenuhi aturan minimal penyelenggaraan ujian.

Bahkan tahun-tahun sebelumnya, siswa sekolah tersebut terpaksa bergabung ikut Ujian Nasional (UN) ataupun ASPD ke sekolah lain karena persoalan yang sama.

Pemandangan yang biasa dihadapi sekolah ditengah predikat Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan dan Kota Pelajar di sekolah yang berdiri sejak 1982 tersebut.

Kelas IX sekolah yang berada di Tompeyan,Tegalrejo, Yogyakarta tersebut tahun ini hanya mempunyai empat siswa. Kelas VIII memiliki lebih banyak siswa sebanyak tujuh orang. Sedangkan siswa kelas VII hanya berisi dua siswa.

"Iya lebih senang, lebih tenang. Sekarang bisa di sekolah sendiri pelaksanaannya ya senang sih rasanya. Kan sudah enggak perlu pergi ke mana-mana gitu. Terus kalau di sekolah sendiri itu kan kayaknya rasanya tenang, ya senang bangetlah," paparnya.

Baca Juga: Miris Tanah Warga Bantul Digadai Rp1,5 M Tanpa Sepengetahuan, Pemkab Janji Beri Keadilan

Didamping satu guru pengawas dari sekolah lain yang memantau para siswa mengerjakan soal-soal ASPD, Supri pun mengerjakan ASPD Literasi Bahasa yang terdiri dari Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

Dia bersama tiga temannya mengerjakan soal ujian di ruangan sederhana dengan dua meja yang sudah reyot dan empat laptop.

Supri mengaku, sejumlah persiapan dilakukannya untuk mengikuti ASPD kali ini. Mulai dari belajar sepulang sekolah hingga mengikuti latihan agar nilai ASPD-nya memuaskan.

Sebab nilai tersebut jadi salah satu syarat Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) meski bukan menentukan kelulusan siswa.

Dia berharap bisa mendapatkan nilai yang lebih baik sehingga bisa membanggakan kedua orang tuanya.

Apalagi dia masih harus ikut ujian dua hari kedepan untuk Literasi Numerasi atau Matematika dan Literasi Sains atau IPA.

Load More