SuaraJogja.id - Dosen Program Studi Teknologi Rekayasa Otomotif, Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Rinasa Agistya Anugrah berinovasi untuk membantu pelaku UMKM khususnya di bidang kopi.
Rinasa dan timnya mengembangkan inovasi berupa mesin sangrai biji kopi otomatis dan portabel.
Alat ini dirancang untuk mempermudah proses sangrai dengan sistem otomatis yang efisien, praktis, dan terjangkau.
"Selama ini, mesin sangrai kopi yang tersedia ukurannya besar dan harganya mahal, bahkan bisa mencapai ratusan juta rupiah. Ini tentu memberatkan pelaku UMKM atau kafe kecil yang ingin menyangrai kopi sendiri," kata Rinasa dalam keterangan tertulisnya, dikutip Rabu (25/6/2025).
Berdasarkan pengamatannya, banyak kafe di Yogyakarta terpaksa membeli mesin roasting bekas dengan harga antara Rp35 juta hingga Rp50 juta. Sedangkan mesin baru bisa menembus harga lebih dari Rp100 juta.
Padahal, kebutuhan mereka cukup kecil, yakni hanya sekitar satu kilogram kopi per proses sangrai.
"Oleh karena itu, kami merancang mesin kecil berkapasitas maksimal satu kilogram, otomatis mati saat kopi matang, dan harganya jauh lebih terjangkau, sekitar Rp4,5 juta hingga Rp5 juta," ungkapnya.
Mesin sangrai buatan tim UMY ini berukuran ringkas, hanya sekitar 50 cm panjang dan 25 cm lebar.
Hal itu membuat mesin mudah dipindahkan alias portabel.
Baca Juga: Pernyataan Sikap Prodi Ilmu Komunikasi UMY Atas Upaya Intimidasi terhadap Redaksi TEMPO
Disampaikan Rinasa, mesin ini dilengkapi pemanas elektrik, tabung sangrai yang berputar otomatis. Serta ditambah dengan fitur pengatur suhu dan waktu berbasis mikrokontroler.
"Kalau mesin konvensional harus diawasi terus karena risiko gosong. Tapi dengan alat ini, pengguna cukup mengatur suhu dan waktu, lalu mesin akan berhenti otomatis. Tingkat kematangan pun bisa disesuaikan: Light, medium, atau dark roast," ungkapnya.
Untuk menjaga kualitas aroma dan rasa, kata Rinasa, mesin ini juga dilengkapi sistem pendingin berupa wadah dan kipas otomatis yang menurunkan suhu biji kopi pasca-sangrai.
Prototipe ini dikembangkan dalam waktu sekitar empat bulan dan sekaligus menjadi bagian dari tugas akhir mahasiswa bimbingan dia.
Proses perancangan menggabungkan aspek mekanik dan sistem kontrol elektronik. Diakui Rinasa, tim sempat mengalami tantangan dalam penguasaan sistem otomatisasi.
"Dasar kami teknik mesin, jadi untuk sistem kontrol elektrik kami perlu belajar dan riset terlebih dahulu. Tapi justru dari sinilah kami melihat pentingnya kolaborasi lintas bidang," ujarnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Sekelas Honda Jazz untuk Mahasiswa yang Lebih Murah
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 November: Klaim Ribuan Gems dan FootyVerse 111-113
- 5 Pilihan Bedak Padat Wardah untuk Samarkan Garis Halus Usia 40-an, Harga Terjangkau
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman New Balance untuk Jalan Kaki Jauh
Pilihan
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
Terkini
-
ARTJOG 2026 Siap Guncang Yogyakarta, Usung Tema 'Generatio' untuk Seniman Muda
-
Komdigi Tegaskan Pembatasan Game Online Destruktif, Gandeng Kampus dan Industri Optimasi AI
-
Anak Kos Jogja Merapat! Saldo DANA Kaget Rp 299 Ribu Siap Bikin Akhir Bulan Aman, Sikat 4 Link Ini!
-
Kabel Semrawut Bikin Jengkel, Pemkab Sleman Ancam Stop Izin Tiang Baru dari Provider
-
Geger! Rusa Timor Berkeliaran di Sleman, Warga Panik Cari Pemilik Satwa Liar yang Lepas