Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Senin, 30 Juni 2025 | 19:19 WIB
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sleman, Epiphana Kristiyani saat memberikan keterangan pada wartawan. [Hiskia/Suarajogja]

SuaraJogja.id - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sleman mengungkap bahwa komposisi sampah plastik di wilayahnya masih cukup tinggi.

Minimnya kesadaran masyarakat untuk memilah sampah dari rumah tangga membuat pengolahan terkendala.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sleman, Epiphana Kristiyani, mengungkapkan memang jenis sampah organik di wilayahnya masih mendominasi yakni mencapai sekitar 50 persen.

Sedangkan untuk sampah plastik mencapai 37 persen dengan total timbulan sampah harian sebesar 602 ton.

Baca Juga: Sleman Kebanjiran Sampah? DLH Akui Hanya Mampu Olah Seperlima, Ini Solusi yang Ditawarkan

"Dari 602 ton [sampah harian di Sleman] itu sampah organiknya sekitar 46-50 persen. Kemudian sampah plastiknya 37 persen. Lainnya mungkin sampah kertas dan yang lain-lain," kata Epiphana kepada wartawan, Senin (30/6/2025).

Meskipun jumlahnya masih di bawah sampah organik, Epi mengakui tren sampah plastik di Sleman belum menunjukkan penurunan yang berarti. Walaupun tak ada peningkatan yang juga signifikan.

"Di Sleman itu yang terbanyak sampahnya adalah sampah organik tapi bukan berarti lalu penggunaan plastik sekali pakai itu di Sleman sudah rendah. Enggak, tetap tinggi. Oleh karena itu ini juga perlu kita sadarkan," ucapnya.

Epi menuturkan bahwa saat ini TPST di Sleman menjadi tumpuan dalam mengolah sampah plastik menjadi RDF (Refuse-Derived Fuel).

Namun, dia mengaku masih menghadapi kendala sebab sampah belum dipilah sejak dari sumber.

Baca Juga: Bawa Semangat Pembeda di 2025, Mandiri Jogja Marathon Hidupkan Ekonomi Kreatif dan Selamatkan Bumi

"Ya, masih ada lah [kendala], karena sekarang sampah kita itu campur. Kalau campur itu susah untuk mengelola, untuk mengolah sampai akhir itu susah," imbuhnya.

Catatan dari DLH, hingga saat ini, dari total timbulan sampah harian sebanyak 602 ton, baru 22 persen saja yang berhasil diolah.

"Kita masih punya permasalahan yang sebetulnya saya tidak bisa tutupin. Permasalahan pengolahan sampah kita dengan timbulan sampah yang dihasilkan itu kita baru bisa mengolah 22 persen," ucapnya

Disampaikan Epiphana, angka 22 persen itu berasal dari dua Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) yang kini sudah beroperasi, yakni di Sendangsaari dan Tamanmartani.

Untuk itu, ia terus mengimbau masyarakat agar memilah sampah dari rumah. Menurutnya, proses daur ulang dan pengolahan akan jauh lebih mudah jika sampah tidak tercampur.

Selain itu, ia juga mendorong masyarakat agar mulai beralih ke bahan yang dapat digunakan ulang dan mengurangi ketergantungan pada plastik.

Load More