Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Ilham Baktora
Rabu, 02 Juli 2025 | 13:41 WIB
Sekretaris Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat (DPkM) UGM, Djarot Heru Santoso. [Hiskia/Suarajogja]

SuaraJogja.id - Kabar duka datang dari kegiatan KKN-PPM Universitas Gadjah Mada (UGM) di Maluku Tenggara. Dua mahasiswa peserta KKN dilaporkan meninggal dunia usai longboat yang mereka tumpangi terbalik akibat badai, Selasa (1/7/2025) kemarin.

Sekretaris Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat (DPkM) UGM, Djarot Heru Santoso memaparkan kronologi lengkap terkait peristiwa nahas tersebut.

Djarot bilang tim KKN UGM hadir di wilayah Maluku bermula atas permintaan Pemerintah Daerah.

"Untuk KKN UGM pada periode ini, khususnya di Maluku itu ada sekitar 9 tim. Tim KKN UGM yang salah satunya memang di Kecamatan Manyeuw, Kabupaten Maluku Tenggara ini. Kami hadir di sana atas permintaan Pemda," kata Djarot, saat jumpa pers di UGM, Rabu (2/7/2025).

Baca Juga: Dua Mahasiswa KKN UGM Meninggal Dunia usai Laka Perahu di Maluku, Jenazah Segera Dipulangkan

"Lokasi KKN ini lokasi yang ketiga kalau enggak keempat dipakai KKN. Jadi sebelumnya tidak masalah. Ini dasarnya," imbuh dia.

Ia menegaskan bahwa insiden nahas tersebut terjadi di luar kendali dan dipicu oleh faktor alam.

"Kejadian ini memang di luar kendali kita karena juga ada faktor alamnya," ucapnya.

Terkait insiden itu, diceritakan Djarot, saat itu sejumlah mahasiswa sedang menjalankan program lingkungan berkelanjutan. Di antaranya pembangunan tempat sampah dan pembuatan terumbu karang buatan.

Guna melengkapi keperluan program tersebut, beberapa mahasiswa mengambil pasir dari pulau lain menggunakan longboat milik warga lokal.

Baca Juga: Mahasiswa KKN UGM yang Sempat Hilang saat Laka Perahu di Maluku Ditemukan Meninggal Dunia

Semua mahasiswa yang berangkat merupakan laki-laki didampingi pula oleh warga setempat.

"Longboat yang dipakai itu pun longboat yang biasa dipakai oleh penduduk setempat untuk mencari pasir, karena pasir itu harus mencari di pulau lain yang jaraknya 15 sampai 20 menit dari tempat tinggal adik-adik," paparnya.

Hanya ada satu longboat yang digunakan dalam kegiatan tersebut. Sehingga perjalanan pengambilan pasir dilakukan dua kali.

Longboat pertama membawa 35 karung pasir dan 5 orang dengan perjalanan yang aman tanpa kendala. Kemudian perjalanan kedua ada 16 karung pasir dengan 12 orang yang berada di dalam longboat.

"Dari perbandingan itu sebenarnya dalam kondisi tidak masalah karena yang pertama itu 35 karung pasir," ucapnya.

Sebanyak 12 orang yang diangkut oleh longboat pada perjalanan pulang kedua itu di antaranya lima warga lokal dan tujuh mahasiswa UGM.

Load More