Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Ilham Baktora
Rabu, 02 Juli 2025 | 21:37 WIB
SPBU Gedongtengen di Jalan Letjen Suprapto yang ditolak warga untuk kembali beroperasi, Rabu (2/7/2025). [Kontributor/Putu]

SuaraJogja.id - Sejumlah warga RW 09 Gedongtengen, Kota Yogyakarta, menyatakan penolakan total terhadap rencana pengoperasian kembali SPBU Pertamina 44.552.14 di Jalan Letjen Suprapto.

Penolakan ini muncul karena terjadi dua peristiwa ledakan yang terjadi di SPBU tersebut yang tidak hanya menimbulkan kerusakan fisik, tapi juga trauma mendalam.

Wali Kota Jogja, Hasto Wardoyo pun buka suara terkait penolakan tersebut. Hasto meminta agar pengelola SPBU Gedongtengen meminta izin dari warga setempat terlebih dahulu sebelum melakukan pengoperasian kembali SPBU tersebut.

"Pagi tadi sudah saya telepon kepala dinas perizinan satu atap [DPMPTSP Kota Yogyakarta], saya kasih tugas untuk mengkomunikasikan jangan asal operasi [SPBU], harus bertemu warga dulu," ujar Hasto di Yogyakarta, Rabu (2/7/2025).

Baca Juga: PSIM Resmi Ajukan Stadion Maguwoharjo, Bupati Sleman: "Koordinasi! Jangan Sampai Ada Masalah"

Menurut Hasto, tak hanya dua kali, ledakan di SPBU tersebut ternyata sudah terjadi tiga kali. Karenanya warga khawatir bila SPBU beroperasi tanpa adanya jaminan keamanan.

"Saya sudah dapat kita menghormati warga, itu sudah tiga kali meledak. sehingga warga merasa tidak aman," tandasnya.

Tak hanya ledakan, lanjut Hasto, warga juga melaporkan sumur yang ada di sekitar SPBU tersebut berbau bahan bakar minyak (BBM).

Karenanya Pemkot tidak akan membiarkan SPBU beroperasi tanpa adanya evaluasi teknis dan jaminan keamanan bagi warga.

Hasto menilai warga perlu diberikan jaminan keamanan ketika SPBU tersebut mulai beroperasi kembali.

Baca Juga: Baru 14 TKM Beroperasi di Malioboro, Hasto Desak OPD Tambah Hingga Titik Nol Km

Dia akan meminta Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta dan DPUPKP untuk melakukan pengecekan terhadap kondisi air sumur di sekitar SPBU Gedongtengen.

Selain itu, dia juga meminta Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) untuk menyampaikan kepada pengelola SPBU Gedongtengen agar meminta izin dari warga setempat sebelum tempat tersebut beroperasi.

"Nanti DLH dan PU akan ke lapangan, mencari celah supaya tidak serta merta buka tanpa rekomendasi," ungkapnya.

1 Bulan 2 Kali Ledakan

Sebelumnya Ketua RW 9 Gedongtengen, Heri Santosa mengungkapkan, dalam kurun waktu satu bulan pada Mei 2025 lalu terjadi dua ledakan.

Mereka pun khawatir sehingga menolak pengoperasian kembali SPBU tersebut.

"Itu ledakan kecil pertama, tapi cukup membuat panik. Kami ingat betul, hanya 16 hari kemudian, terjadi lagi ledakan yang jauh lebih besar yang kedua," ujarnya.

Ledakan kedua, lanjut Heri jauh lebih dahsyat. Kejadian ini terjadi di tangki penampungan bawah tanah, bagian vital dari SPBU pada 27 Mei 2025.

Getaran ledakan disertai kobaran api memicu kepanikan massal.

Kekecewaan warga makin mendalam karena penanganan aparat dianggap tidak transparan. Setelah ledakan pertama, lokasi sempat dipasangi garis polisi, namun tiba-tiba hilang tanpa penjelasan resmi.

Padahal polisi sendiri menyatakan belum mencabut garis tersebut.

"Saya tanya ke polisi, kenapa dilepas padahal belum selesai penyelidikan? Nggak ada tindak lanjut. Ini yang membuat warga merasa tidak dilindungi," ungkapnya.

Heri mengaku pernah didatangi seseorang yang mengaku dari kepolisian, dan diminta menandatangani berkas tanpa adanya sosialisasi ke warga.

"Saya tolak. Warga tidak pernah diajak rembukan. Kok tiba-tiba minta tanda tangan, nomornya pun setelah itu hilang," paparnya.

Karenanya warga menggelar rapat pada 4 Juni 2025 yang dihadiri sebanyak 40 KK.

Mereka seluruhnya menyatakan sikap menolak beroperasinya kembali SPBU, dengan alasan keselamatan, ketidakpercayaan terhadap manajemen SPBU dan trauma mendalam.

Sikap ini kemudian ditegaskan dalam surat penolakan resmi yang dikirim ke SPBU, kecamatan, dinas perizinan, hingga Polres.

Namun, menurut warga, beberapa instansi justru menunjukkan sikap meremehkan.

Warga juga memasang banner penolakan di sekitar SPBU. Mereka berencana memasang banner tambahan yang lebih besar.

Sebab ledakan yang pernah terjadi menyebabkan kerusakan rumah warga, termasuk bangunan sekolah (SD Gedongtengen), perumahan BTN, hingga kantor notaris di sekitar lokasi.

Bakal Pasang Spanduk Penolakan

Warga menyebut total 61 kepala keluarga (KK) terdampak di kawasan Gedong Tengen dengan sekitar 55 KK berdomisili tetap di RW 09.

"Kalau mereka nekat buka, kami akan pasang rambu-rambu penolakan lagi. Ini bentuk perlawanan warga," paparnya.

Selain ledakan, warga sudah sejak lama mengeluhkan pencemaran tanah dan sumur yang diduga berasal dari aktivitas SPBU. Warga sudah pernah melaporkan ke DLHK.

"Air sumur kami bau minyak. Tapi meskipun sudah lapor ke dinas, tidak pernah ditindaklanjuti," paparnya.

Secara terpisah Area Manager Communication, Relations, dan CSR Pertamina Patra Niaga Jateng dan DIY, Taufiq Kurniawan menjamin nanti ketika operasional SPBU Gedongtengen itu sudah memenuhi persyaratan standar safety, maka baru akan dioperasikan.

"Yang pasti, saat ini SPBU tersebut masih dalam proses police line dari kepolisian," ujarnya.

Taufiq menambahkan, Pertamina menjamin izin operasional tidak akan mereka keluarkan bagi pengelola SPBU Letjen Suprapto apabila belum memenuhi aspek keselamatan atau benar-benar belum layak beroperasi dan melayani masyarakat dengan lebih baik lagi.

Pihak pengelola sendiri juga sudah berkomitmen untuk meningkatkan fasilitasnya dan menambah sarana.

Selain itu meningkatkan kualitas fasilitas yang ada.

"Sehingga secara operasional akan lebih prima dibandingkan sebelumnya," paparnya.

Menyikapi adanya pemasangan spanduk penolakan di SPBU Gedongtengen, Taufiq menyampaikan harus dipahami bersama bila kejadian yang menimpa SPBU Gedongtengen itu bukan merupakan faktor kesengajaan. Kejadian itu murni musibah.

SPBU tersebut sudah melaksanakan kewajibannya atau pertanggungjawabannya berupa bantuan perbaikan tujuh rumah yang memang melaporkan kerusakan kepada pihak SPBU.

"Jadi harapannya, masyarakat bisa melihat bahwa posisi SPBU ini adalah vital, karena berada di jantungnya Yogyakarta, yakni dekat dengan Malioboro dan juga Stasiun Tugu sebagai pintu gerbang utama wisatawan," imbuhnya.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

Load More