Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Kamis, 10 Juli 2025 | 20:00 WIB
Ilustrasi tikus penyebar infeksi Leptospirosis - Leptospirosis adalah. (Pexels)

"Mungkin perasaan sakit biasa gitu ya, sakit biasa. Kemudian di rumah sakit tipe D, ternyata terdiagnosis dan harus dilakukan cuci darah, tapi tidak ada fasilitas," ujar dia.

"Kemudian dirujuk ke rumah sakit besar, rumah sakit yang tipe B, persiapan cuci darah, tapi ternyata belum sempat cuci darah, kemudian pasiennya sudah meninggal," imbuhnya.

Lana mengungkap bahwa penyebab infeksi leptospirosis tidak selalu berkaitan dengan pekerjaan di lingkungan berisiko tinggi. Melainkan dari gaya hidup sehari-hari yang tidak bersih.

"Dari 19 kasus itu juga sebenarnya pekerjaannya tidak berhubungan gitu ya, ada yang pekerjaannya di swalayan, tapi kemudian punya hobi mancing gitu ya," ujarnya.

Ia menambahkan, ada pula kasus pada pelajar yang baru mengikuti kegiatan di luar ruangan seperti berkemah.

Rentang usia pasien kasus leptospirosis tahun ini pun beragam, dari pelajar berusia 17 tahun hingga warga berusia lebih dari 50 tahun.

Load More