Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Rabu, 16 Juli 2025 | 15:09 WIB
Ilustrasi cabai merah yang harganya diprediksi melonjak. (Freepik)

Dia bilang peningkatan intensitas curah hujan ini akan menguntungkan untuk wilayah-wilayah yang kering dan tadah hujan.

"Sehingga ini akan membuat ketersediaan air di wilayah-wilayah tersebut cukup dan petani di wilayah tersebut bisa melakukan aktifitas penanaman, seperti di wilayah Papua dan Indonesia bagian Timur lainnya," ujarnya.

Meski begitu, Apri menyampaikan perlunya pencegahan dan antisipasi terkait dengan kemarau basah.

Ada beberapa langkah strategis yang perlu dilakukan.

Di antaranya menyangkut prediksi cuaca masa depan secara nasional dan mendetail sampai pada level desa atau lahan.

Termasuk informasi yang dapat tersampaikan kepada masyarakat, terutama terkait dengan anomali cuaca (La Nina).

Melalui prediksi ini diharapkan dapat membantu mengurangi kerugian dan biaya yang ditimbulkan oleh bencana hidrometeorologis sebagai dampak dari La Niña.

"Prediksi awal terjadinya La Niña ini bermanfaat dalam membantu perencanaan dan pengelolaan berbagai sektor seperti sumber daya air, energi, transportasi, pertanian, kehutanan, perikanan serta menghindari atau mengurangi potensi kerugian yang lebih besar," kata dia.

Apri menyebut diperlukan juga edukasi secara terus menerus mengenai La Nina dan fenomena anomali cuaca lainnya serta dampaknya kepada masyarakat.

Baca Juga: Panen Raya Menanti, Kulon Progo Terima Traktor & Pompa Air: Petani Siap Tingkatkan Produksi

Dia menilai saat ini sudah saatnya penyediaan asuransi pertanian terkait kegagalan panen petani akibat La Niña atau fenomena anomali iklim lainnya.

"Tak kalah penting bisa memastikan kesiapan sarana dan prasarana untuk menghadapi La Nina, seperti ketersediaan pompa untuk pompanisasi in-out dari sawah, rehabilitasi jaringan irigasi tersier/kwarter, menggunakan benih tahan genangan seperti Inpara 1-10, Inpari 29, Inpari 30, Ciherang, dan lainnya," ujar dia.

Load More